Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Yang Penting Jangan Anarkis

Kompas.com - 12/12/2012, 18:43 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menanggapi positif penolakan pedagang di Fatmawati pada proyek Mass Rapid Transit (MRT) layang. Menurutnya, yang terpenting mereka tidak anarkis.

"Ya, semuanya enggak apa-apa. Aspirasi keinginan, saya kira enggak apa-apa dan diwujudkan dalam bentuk apapun. Bisa ke Balaikota, bisa dialog juga, yang penting jangan anarkis," kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Rabu (12/12/2012).

Dalam aksinya, para pedagang menyampaikan alasan penolakan MRT layang. Sebab, proyek tersebut mengancam tempat berdagang mereka yang akan dijadikan park and ride MRT.

Terkait tuntutan pedagang tersebut, Jokowi mengaku masih mengkajinya. Sampai saat ini, proyek tersebut lanjut ataupun tidak belum diputuskan.

"Kami belum bicara soal design. Kita mau terusin atau enggak saja belum diputuskan. Ha.. ha.. ha..," kata Jokowi.

Sementara itu, saat ditanyakan tentang rencana pertemuannya dengan Pemerintah Pusat guna pembahasan renegosiasi pembagian beban pengembalian kepada pihak peminjam, Japan International Cooperation Agency (JICA), Jokowi mengaku masih belum tahu kapan pertemuan itu akan terlaksana.

"Belum, belum diundang lagi sama Pak Menko Perekonomian (Hatta Radjasa)," kata Jokowi.

Rencananya, pembangunan MRT tahap pertama dimulai dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15,5 kilometer. Di sepanjang jalur ini akan dibangun tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah.

Tujuh stasiun layang ini berada di ruas Lebak Bulus sampai Al Azhar, Jakarta Selatan, dengan jarak 9,8 Km. Adapun enam stasiun bawah tanah ini akan berada mulai dari Jalan Sisingamaraja sampai Bundaran Hotel Indonesia dengan jarak 6 Km.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com