Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APTB Mencari Sinergi yang Efektif

Kompas.com - 21/12/2012, 04:33 WIB

Kamis (13/12) pukul 13.00, terpantau tidak lebih dari 5 orang naik APTB dari Terminal Bekasi tujuan Terminal Pulogadung. Bus memang menunggu di halte. Namun, halte bercat biru, berpenyejuk udara, dan berloket itu masih tutup. Penumpang naik bukan dari pintu tengah yang posisinya tinggi melainkan dari pintu depan yang berpijakan lebih rendah.

APTB bertarif cukup murah, yakni Rp 6.000. Tarif itu diturunkan dari sebelumnya Rp 9.500. Penumpang bernama Sumarni (32) mengatakan, naik APTB karena bertarif murah, efektif karena tempat kerja dekat dengan lintasan APTB yang melalui busway tujuan Pulogadung di Jakarta Timur, dan nyaman karena sepi penumpang.

APTB melaju dari terminal ke Jalan Cut Meutia, simpang empat Bulak Kapal, Bekasi Timur, dan masuk Jalan Moeljadi Djojomartono. Di jalan inilah ada dua halte yang saling berseberangan, sudah selesai dibangun, tetapi belum dioperasikan. Selanjutnya, APTB bergerak ke Jalan Chairil Anwar dan Jalan Ahmad Yani melewati satu halte lagi, yakni Bekasi Barat 2 yang juga belum dioperasikan.

Setelah itu, armada masuk Jalan Tol Jakarta-Cikampek lewat Gerbang Tol Bekasi Barat, masuk Jalan Tol Wiyoto Wiyono, keluar jalan tol untuk masuk busway di Halte Pedati Prumpung, dan terus menyusuri busway di Jalan DI Panjaitan dan Jalan Perintis Kemerdekaan hingga Terminal Pulogadung.

”Jika halte tidak dioperasikan, minat masyarakat akan turun sebab keberangkatan selama ini cuma dari terminal,” kata Pengawas APTB Bekasi-Pulogadung Adam Simamora.

Masyarakat tidak bisa dinaikkan di sembarang titik. Apabila APTB menaikkan penumpang di sembarang titik di jalan bisa ditegur dan diprotes oleh perusahaan otobus lainnya. Padahal, sebelum dioperasikan, halte harus diserahkan dari pelaksana proyek kepada pembiaya, yakni pemerintah pusat yang notabene Kementerian Perhubungan. Dari kementerian, halte itu harus diserahkan kepada Pemerintah Kota Bekasi untuk dikelola oleh Dinas Perhubungan. ”Semakin lama penyerahannya, masyarakat semakin lama menunggu untuk mencoba APTB,” kata Adam.

Belum untung

Meskipun penuh di pagi hari, pengelola APTB mengaku belum meraih untung. Hadi Suryanto, Kepala Pul Ciputat PT Bianglala Metropolitan, mengatakan, pendapatan dari penjualan tiket APTB hanya cukup untuk menutup pengeluaran solar. Saat ini, APTB Ciputat hanya mengangkut 145 orang per hari untuk setiap bus. PT Bianglala Metropolitan mengoperasikan delapan bus.

APTB hanya ramai pada pagi dan sore hari. Itu pun hanya satu arah sesuai pergerakan warga komuter. Hadi mendukung bila pemerintah menyinergikan APTB dengan transjakarta dari sisi manajemen. Dengan begitu, operator dibayar berdasarkan kilometer yang ditempuh dalam sehari. Pembayaran dengan model seperti ini akan menguntungkan bagi operator APTB.

”Kalau seperti sekarang, penumpang yang naik dari halte transjakarta tidak membayar ke kami. Padahal, jumlah penumpangnya banyak,” kata Hadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com