Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Tidak Bisa Sendiri Atasi Banjir

Kompas.com - 24/12/2012, 03:32 WIB

Akibatnya, air hujan menjadi air permukaan dan menyebabkan Sungai Ciliwung lebih mudah meluap saat curah hujan tinggi. Data dari BPSDA Sungai Ciliwung Cisadane, pada tahun 2007, dalam waktu enam jam ketinggian Ciliwung naik dari 40 sentimeter menjadi 240 sentimeter atau Siaga I banjir di Bendung Katulampa.

Menurut peneliti senior Pusat Pengkajian, Perencanaan, dan Pengembangan Wilayah (P4W) Institut Pertanian Bogor, Ernan Rustiadi, persoalan di Puncak itu tidak bisa selesai dengan Kabupaten Bogor, tetapi juga terkait dengan manfaat yang diterima dan dampak bagi Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo juga harus mau ”blusukan” hingga ke kawasan Puncak. Bukan hendak ikut campur persoalan Kabupaten Bogor atau Jawa Barat, tetapi untuk ikut memahami akar persoalan banjir dan sampah yang dihadapi DKI Jakarta.

Dia mencontohkan, Ciliwung kotor bukan hanya karena orang Jakarta yang membuang sampah ke sana, tetapi sejak di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok sudah banyak warga yang juga membuang sampah ke sungai itu. ”Bahwa Ciliwung juga rusak karena tidak terkelolanya ruang terbuka hijau di Puncak, Bogor, ini harus juga dipahami oleh Gubernur DKI Jakarta,” kata Ernan.

Kerja sama dengan wilayah hulu, kata Kepala Seksi Program pada Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung di Bogor Nurhasni, bisa dilakukan dengan model sistem insentif lingkungan (payment environmental system) dari wilayah hilir ke hulu. Hal ini perlu dilakukan agar daerah hulu mau menjaga tutupan hutan di kawasan atas. Model ini juga bisa dilakukan dengan mendorong agar vegetasi permanen bisa mencapai minimal 30 persen dari luas daerah aliran sungai.

”Itu juga perlu dilakukan di sungai-sungai lain. Sungai Ciliwung, Angke, dan Pesanggrahan merupakan sungai yang hulunya berada di Bogor dan hilirnya di Jakarta,” kata Nurhasni.

Terkait Ciliwung, Jokowi, panggilan akrab Joko Widodo, telah memerintahkan jajarannya, khususnya Dinas Kebersihan, untuk memetakan lokasi pembuangan sampah liar di sepanjang Ciliwung di Jakarta. Saat ini, sedikitnya ada 63 lokasi sampah liar, tetapi data detailnya masih dalam penggodokan.

Jokowi pun berinisiatif menata bantaran kali dengan program relokasi yang dinamainya Kampung Deret. Namun, hingga mendekati akhir tiga bulan pertama kepemimpinan Jokowi-Basuki, program Kampung Deret belum jelas benar detail perencanaannya.

Gerakan akar rumput

Meski tak ada gerakan yang pasti dari pemerintah, terjadi gerakan dari akar rumput. Sejumlah warga dan kelompok masyarakat berupaya untuk membuat Ciliwung bersih dan lestari. Tengoklah warga RT 008 RW 001 di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, menjaga Sungai Ciliwung dari kerusakan dengan cara melindungi bantaran sungai itu dari hunian.

Mulanya larangan mendirikan bangunan di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung itu diterapkan oleh Ketua RT 008 Abdul Salam sejak tahun 2000. ”Saya melihat kalau tidak dari warga sendiri yang bergerak, Sungai Ciliwung ini akan rusak.”

Abdul Salam menuturkan, ia prihatin dengan kondisi Sungai Ciliwung di kawasan Kampung Melayu yang kini dipadati hunian. Akibatnya, setiap tahun air pada bagian alur sungai itu meluap saat hujan dan menyebabkan banjir di sebagian areal Kampung Melayu.

Belajar dari kondisi Kampung Melayu, dia membuat kebijakan secara tegas di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung di RT 008 bebas dari bangunan. Setiap lahan yang dijual warga dilarang mengikutsertakan areal bantaran Ciliwung.

Sesuai peraturan pemerintah yang diketahuinya, Abdul Salam melarang warga mendirikan hunian dalam radius 50 meter dari tengah sungai. Hampir 12 tahun peraturan yang dibuat Abdul Salam berjalan, bantaran Ciliwung di RT 008 RW 001 pun bersih dari bangunan. Warga memanfaatkannya untuk kegiatan kesenian, olahraga, dan juga berkumpul. Berbagai macam pohon, seperti melinjo, kapuk, dan berbagai tanaman keras, ditanam di areal bantaran sungai itu. (GAL/NEL/MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com