Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Lebih Suka Naik Omprengan?

Kompas.com - 08/01/2013, 15:35 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Andi Hidayat (27) berjalan cepat melintasi kolong fly over Halim yang menjadi akses penghubung antara Jalan Perindustrian dan Jalan Letjen Sutoyo, Cawang. Karyawan sebuah hotel di bilangan Jalan Gunung Sahari itu hendak kembali ke rumahnya di Bogor dengan menggunakan omprengan.

Di Jalan Perindustrian, Kebon Pala, Halim, Jakarta Timur, Selasa (8/1/2012) siang, terdapat puluhan mobil jenis minibus berplat hitam, semuanya diparkir dengan posisi menghadap ke arah selatan. Daihatsu Luxio dan Futura serta Suzuki APV mendominasi kendaraan angkutan tak resmi yang akrab disebut omprengan itu. Andi memilih sebuah Suzuki APV yang terparkir di depan sebuah warung kopi.

"Ini angkutan andalan saya dan banyak warga Bogor lain untuk pergi dan pulang dari tempat kerja," kata Andi saat ditemui Kompas.com.

Ia sempat was-was saat didekati wartawan. Andi tahu bahwa omprengan tidak termasuk angkutan resmi. Liputan media yang mencuat sejak terjadinya kecelakan omprengan Luxio F 1622 CY dengan BMW B 272 HR dikhawatirkan akan berimbas pada keberadaan angkutan umum plat hitam yang diandalkan banyak warga yang bermukim di sekitar Jakarta itu.

"Enggak usah dibahas, Mas. Kasihan banyak warga yang rugi kalau omprengan ditertibkan," ujar Andi.

Ia menjelaskan, penumpang omprengan rata-rata pegawai kantor atau karyawan perusahaan. Ketertiban waktu masuk dan keluar kerja diatur ketat dengan sanksi mulai dari pemotongan gaji hingga ke peringatan keras. Atas alasan itu, Andi memilih menggunakan jasa omprengan, bukan angkutan umum yang sebenarnya tersedia di siang hari.

"Kalau bus kan kelamaan ngetemnya. Setelah lama nunggu penumpang di terminal masih ngetem lama lagi di perempatan Pasar Rebo. Belum lagi berhenti untuk naik turun penumpang sepanjang jalan," kata Andi.

Dari pada gaji dipotong atau dipecat gara-gara telat melulu, kata Andi, mending memilih omprengan yang lebih mahal tapi jauh lebih cepat. Alasan senada juga dimiliki oleh karyawan yang harus pulang kerja di malam hari. Menurut Andi, keterbatasan angkutan di malam hari membuat banyak warga Bogor lebih memilih mencari omprengan yang tersedia hingga pagi di halte Cawang-UKI.

"Jadi, jangan salahkan kami kalau memilih omprengan. Kalau ada angkutan resmi seperti omprengan, apalagi lebih murah, pasti kami akan beralih," kata Andi.

Berita terkait, baca :

INSIDEN BMW MAUT DI JAGORAWI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com