Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Tak Akan Pernah Membalas

Kompas.com - 19/01/2013, 04:09 WIB

Air, menurut Firdaus dan Restu, tidak akan pernah membalas perlakuan manusia yang semena-mena menutup alirannya, mengotori badannya dengan sampah dan limbah. Air hanya kembali ke jalan yang telah digariskan untuknya sejak lama. ”Jadi, jangan pernah menyalahkan hujan. Hujan adalah rahmat Tuhan untuk kesejahteraan umat-Nya.”

Tata kelola air

Menurut Firdaus, masalah banjir tak pernah dilihat sebagai masalah tata kelola air. Harus diingat, untuk Ciliwung saja, daerah aliran sungainya total mencapai luas 237 kilometer persegi. Keseluruhan daerah aliran sungai itu butuh dilestarikan agar sungai bukan lagi dianggap monster, melainkan kembali ke fitrahnya sebagai sumber air, sumber kehidupan manusia.

Namun, Firdaus menegaskan, penggunaan teknologi untuk menanggulangi banjir mutlak diperlukan agar percepatan antisipasi banjir bisa tercapai.

Dalam idenya, membangun terowongan multiguna sepanjang 19 kilometer dari Cawang ke Waduk Pluit telah memperhitungkan aspek teknik, aspek ekonomi, sosial, dan dampak lingkungan, serta aspek finansial. Menurut dia, kajian multiaspek penting untuk memastikan terowongan multiguna aman dan ramah lingkungan.

Pengamat perkotaan, Nirwono Joga, sempat menyinggung, agar lebih baik, pembuatan kanal dan revitalisasi sungai di Jakarta lebih baik dibuat semirip mungkin dengan kondisi alaminya. ”Bisa dilakukan dengan mengembalikan ke bentuk alaminya. Berkelok-kelok dan bantarannya bukan beton masif sehingga memungkinkan berbagai makhluk hidup dan tanaman tumbuh,” katanya.

Membangun manusia

Namun, segala ide kreatif dan canggih itu bakal kandas jika tak mampu mengendalikan perilaku buruk warga kota. Jumat kemarin, masih ada warga membuang sampah ke sungai. ”Sudah biasa buang di sini. Malah cepat ngalir kalau banjir begini,” kata Karna (38) saat ditemui di Jembatan Bukit Duri.

Sudirman Asun, pegiat Ciliwung asal Medan, Sumatera Utara, yang menetap di Jakarta Utara juga mendapati kebiasaan serupa di sepanjang aliran Ciliwung. ”Orang berangkat kerja biasanya enak saja berhenti di jembatan terus melempar sampahnya ke sungai. Ini yang harus dihentikan,” ujarnya.

Asun dan pegiat lain di Ciliwung Institut sempat merekam truk-truk sampah membuang muatannya di aliran Ciliwung yang melewati Pejaten Timur, Rabu (16/1). Video itu diunggahnya di situs Youtube.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com