Jakarta, Kompas -
Demikian dikatakan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Mohammad Hasan di Jakarta, Senin (21/1).
Sodetan yang diperkirakan membutuhkan anggaran Rp 500 miliar ini juga akan dilengkapi saringan sampah, pintu air, dan rumah pompa.
Hasan mengatakan, sodetan ini terdiri atas dua pipa berdiameter 4 meter dengan panjang 2,15 kilometer. Sodetan akan terletak tepat di bawah jalan kecil di samping Sekolah Tinggi Ilmu Statistik dan di bawah Jalan Otista III. Dengan demikian, pembebasan lahan yang harus dilakukan tidak terlalu banyak.
Sodetan ini baru bisa dialiri air Ciliwung secara alami dalam kondisi tertentu. Masalahnya, letak Sungai Ciliwung berada di bawah Kanal Timur. Kondisi itu, antara lain, apabila terjadi hujan periode 10 tahunan dan tinggi air mencapai 11,7 meter dari titik elevasi Priok. Jika ketinggian air belum mencapai titik itu, sodetan tidak bisa dilalui.
Kini, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sedang memikirkan untuk memanfaatkan air Sungai Ciliwung guna mengisi Kanal Timur saat kemarau. ”Rumah pompa yang akan dibangun di mulut sodetan berguna untuk memompa air Sungai Ciliwung untuk mengisi Kanal Timur yang kering,” ujar Hasan.
Hasan menjelaskan, Kanal Timur merupakan proyek kali hijau yang harus dipelihara keindahannya. Namun, saat kemarau, volume air di Kanal Timur sangat sedikit sehingga kanal ini tidak terlihat indah. Untuk menjaga debit air di Kanal Timur, air dari Sungai Ciliwung akan dipompa ke Kanal Timur.
Selain rumah pompa dan pintu air, di mulut sodetan juga akan diberi saringan agar sampah tak masuk ke aliran Kanal Timur.
Dalam kesempatan itu, Hasan juga menjelaskan penyebab jebolnya dinding Kanal Barat di Jalan Latuharhary hari Kamis lalu.