”Kami tidak bisa sendirian mengatasi sampah. Perlu partisipasi warga menjaga lingkungan, membuang sampah di tempat dan waktu yang tepat. Langkah sederhana itu sangat penting artinya. Kami juga ingin menggerakkan semua aparat di tingkat kelurahan,” tutur Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Unu Nurdin, Senin (28/1), di Jakarta.
Berdasarkan catatan Dinas Kebersihan DKI, volume sampah banjir 19-26 Januari lalu mencapai 8.609,38 ton. Sampai kemarin, petugas terus bekerja keras menyingkirkan sampah di sudut kota dan permukiman warga.
”Pembersihan tak bisa sekaligus selesai, perlu waktu dan kerja sama semua pihak,” kata Unu.
Sejauh ini, penyingkiran sampah di permukiman mengandalkan tempat pembuangan sementara (TPS) yang ada di tingkat kelurahan. Namun, di banyak kelurahan, terutama yang padat penduduk, kekurangan TPS dan volume sampah melebihi kapasitas TPS yang ada.
”Perlu lebih dari satu TPS untuk menampung sampah di wilayah padat penduduk di Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan,” kata Unu.
Armada pengangkut sampah yang berjumlah 523 truk juga belum memadai. Sebab, sebagian besar truk sudah berumur lebih dari sepuluh tahun.
”Perlu peremajaan total truk pengangkut sampah karena sebagian sudah bermasalah termakan usia,” katanya.
Unu juga meminta warga Jakarta tak buru-buru menghakimi. Pasalnya, volume sampah pascabanjir terlalu banyak sehingga perlu penanganan serius, sementara sarana yang tersedia tidak mendukung.
”Mohon tidak menghakimi petugas Dinas Kebersihan. Kami terus bekerja. Lebih baik bersama-sama mengatasi sampah,” ujarnya.