JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi V DPR RI Yasti Soepredjo Mokoagow meminta Gubernur DKI Jakarta Jokow Widodo atau Jokowi mengkaji kembali rencana pembangunan deep tunnel. Ia berpendapat, proyek deep tunnel sebaiknya ditunda dulu. Prioritas pembangunan seyogianya diarahkan pada rencana pembangunan sodetan Kali Ciliwung ke kanal banjir timur karena dipandang lebih mendesak.
"Saya kira kita selesaikan soal itu (sodetan) dahulu. Karena banjir akibat kiriman dari hulu (lebih mendesak untuk diselesaikan)," kata Yasti di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (31/1/2013).
Ide sodetan Ciliwung mencuat dalam rapat darurat yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di pos pengungsian GOR Otista, Jakarta Timur, Minggu (20/1/2013) siang. Dalam rapat itu Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyampaikan sejumlah gagasan untuk menyelesaikan persoalan banjir di Jakarta yaitu membuat sodetan dari Kali Ciliwung ke kanal banjir timur, normalisasi Kali Ciliwung, normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Kali Sunter.
Menurut Yasti, pengalihan air dari kanal banjir barat ke kanal banjir timur mendesak dilakukan. Pengalaman banjir kemarin, kanal banjir barat tak mampu menampung limpahan air Ciliwung yang berujung pada jebolnya tanggul di Jl Latuharhary, Jakarta Pusat. Limpahan air dari tanggul yang jebol ini menyebabkan banjir di kawasan Sudirman dan Thamrin. Untuk mengatasi hal ini, menurutnya, lebih baik Pemerintah Provinsi Jakarta mendahulukan proyek Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) yang pernah digagas Gubernur Jakarta sebelumnya Fauzi Bowo. Proyek JEDI ini merupakan upaya pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di Jakarta.
"Bukannya kita tidak setuju soal deep tunnel. Tapi, memang perlu adanya kajian lahannya di mana dan sebagainya," kata Yasti.
Kementerian Pekerjaan Umum, kata dia, telah mengajukan anggaran sebesar Rp 2 triliun yang segera disetujui oleh DPR untuk pembangunan deep tunnel. Namun anggaran tersebut tidak dapat berjalan apabila Jokowi belum menemukan lahan yang akan digunakan untuk proyek ini.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan, Jakarta membutuhkan saluran raksasa di dalam tanah atau disebut deep tunnel untuk mengatasi persoalan banjir. Deep tunnel nantinya bisa berfungsi untuk beragam kepentingan. Selain dapat difungsikan sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, terowongan ini dapat digunakan pula sebagai jalur transportasi, fiber optik, jaringan listrik, gas, telepon, dan sebagainya. Deep tunnel yang dimaksud Jokowi mirip dengan konsep smart tunnel yang ada di Kuala Lumpur. Rencananya, deep tunnel akan membentang dari Jl MT Haryono sampai Pluit.
Mega proyek ini rencananya bernilai Rp 16 triliun dan akan didanai oleh investor. Diameter deep tunnel itu selebar kurang lebih 16 meter. Jokowi menargetkan mega proyek tersebut dapat diselesaikan kurang lebih empat tahun.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.