Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mal Naikkan Tarif Parkir

Kompas.com - 04/02/2013, 02:36 WIB

Di kawasan Pondok Indah, lain pula kebijakannya. Pengelola parkir di salah satu pusat perbelanjaan ada yang tak menarik biaya jika pengendara mobil hanya menurunkan penumpang, sementara di pusat perbelanjaan yang berdekatan, untuk aktivitas sama tetap harus membayar Rp 2.000.

Usul pengelola parkir

Sudaryatmo dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemberlakuan kenaikan tarif parkir dan mekanismenya di lapangan tidak memiliki standar khusus. Akibatnya, konsumen yang harus menanggung akibat untung-ruginya.

”Kenaikan tarif parkir ini berdasarkan surat keputusan gubernur DKI Jakarta sebelum gubernur yang sekarang. Latar belakangnya adalah usul dari pengelola gedung dan perparkiran,” kata Sudaryatmo.

Kenaikan tarif parkir ini, menurut Sudaryatmo, memang bisa terjadi dan legal karena ada aturannya dalam peraturan daerah perparkiran yang berlaku. Namun, YLKI melihat pendekatan pengelolaan parkir di Jakarta masih rancu.

Pendekatan perparkiran seharusnya mengakomodasi fungsi parkir sebagai fasilitas penunjang gedung/lokasi tertentu, parkir sebagai bisnis yang bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), dan parkir sebagai subsistem lalu lintas. ”Di Jakarta, sepertinya masih fokus untuk meningkatkan PAD,” katanya.

YLKI berharap parkir bisa menjadi salah satu instrumen pengendali penggunaan kendaraan pribadi. Caranya, DKI diminta membuat zonasi parkir, makin di pusat kota, tarif parkir makin mahal. ”Dengan harapan, orang akan berpindah ke angkutan umum sehingga beban kendaraan di jalan terkurangi,” ujar Sudaryatmo.

Dewi, pengguna parkir di pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat, mengaku baru mengetahui ada kenaikan tarif parkir. ”Saya sampai menghabiskan Rp 24.000 untuk parkir motor di pusat perbelanjaan itu untuk parkir selama 12 jam. Biasanya enggak sampai segitu,” katanya.

Dewi merasa lokasi parkir di pusat perbelanjaan itu menguntungkan karena letaknya strategis. Dari lokasi tersebut, dia melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum agar tidak terkena macet. Sayang, frekuensi angkutan umum belum meningkat untuk mengantisipasi kebutuhan penumpang.

Tere, warga Jakarta Timur, juga merasakan kenaikan tarif parkir yang lumayan besar. ”Sekarang kalau mau bepergian jadi bingung mau naik apa. Sebab, angkutan umum belum nyaman, penuh, dan takut jadi sasaran copet,” ucap pekerja yang tengah hamil tujuh bulan ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com