Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggul Teluk Jakarta Tidak Tepat

Kompas.com - 19/02/2013, 04:06 WIB

Jakarta, Kompas - Pembangunan Tanggul Raksasa atau Giant Sea Wall yang memerlukan dana triliunan rupiah merupakan solusi salah kaprah bila dilihat dari aspek kelaikan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Keberadaan konstruksi sipil ini bukan solusi tepat untuk mengatasi banjir. Hal ini justru memperbesar ancaman bencana ini.

Pendapat itu dilontarkan Muslim Muin, Ketua Kelompok Keahlian Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB), Senin (18/2). Ia menanggapi rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun tanggul tersebut di Teluk Jakarta.

Selain memerlukan biaya pembangunan yang sangat besar, biaya operasional megaproyek ini pun akan sangat tinggi. Terutama pengoperasian pompa yang berkapasitas sangat tinggi. Bila Giant Sea Wall jadi dibangun, pompa yang diperlukan akan lebih besar karena harus menyedot air dari daerah Jakarta sekarang ini sekaligus daerah reklamasi yang akan dibangun.

Bukan hanya memperbesar ancaman banjir, keberadaan tanggul besar ini juga mempercepat pendangkalan sungai. ”Air sungai terhambat tanggul itu yang berujung pada perlunya biaya pengerukan rutin yang lebih besar,” kata Muslim Muin.

Kebijakan mereklamasi Teluk Jakarta, karena daerah tersebut telah tercemar, menurut dia juga tidak tepat. Jika suatu perairan laut tercemar, mestinya diterbitkan peraturan dan pelarangan sementara untuk mengambil hasil perikanannya.

Selanjutnya, Pemprov DKI Jakarta mengontrol dan memonitor pembuangan limbah pada daerah tersebut. ”Perbaikan lingkungan laut dapat dilakukan dengan bantuan software water quality modeling,” ujar Muslim, yang mengembangkan Model Hidrodinamika Tiga Dimensi menggunakan Teknik Non-Ortogonal dalam Koordinat Bulat.

Hati-hati

Pemprov DKI diharap lebih bijak dalam menangani masalah banjir Jakarta. Masalah penurunan tanah, perubahan elevasi muka air laut, seruak dingin yang sangat kecil dibandingkan dengan negara Eropa—mengacu pada kondisi di Belanda—maka pembangunan tanggul raksasa dinilai bukanlah solusi tepat.

Sementara itu, Kepala Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Arie Herlambang menilai, pembangunan tanggul raksasa di Teluk Jakarta tidak layak. Sebab, sebagian besar daratan di wilayah itu di atas permukaan laut. Lebih baik mengatasi sedimen di hulu dan mengatasi sampah atau limbah.

Membangun tanggul untuk menampung air tawar, menurut Arie yang pakar hidrologi, lebih baik di kawasan hulu. ”Air sungai di hulu masih bersih sehingga dapat dialirkan ke kawasan hilir untuk berbagai penggunaan,” katanya.

Bila ditanggul di hilir, yang tertampung justru air yang sangat tercemar. Pengolahan perlu biaya yang mahal. (YUN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com