Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Max: SBY yang Mengamankan Kemenangan Anas di Kongres

Kompas.com - 27/02/2013, 12:07 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua tak tahu mengapa mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum merasa tidak disukai pendiri partai itu, Susilo Bambang Yudhoyono. Max bahkan mengatakan bahwa pada Kongres Demokrat pada 2010 lalu di Bandung, SBY justru mengamankan Anas yang akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum Demokrat.

"Sejak awal, saya pikir sejak kongres semuanya kan mengamankan hasil kongres itu biarpun ada hal-hal yang dilaporkan tidak sejalan dengan komitmen politik sebuah kongres. Pak SBY langsung katakan, mari kita amankan hasil kongres bahwa Anas terpilih," ujar Max saat dihubungi wartawan, Rabu (27/2/2013). Max pun yakin SBY bukannya tidak suka kepada Anas atau bahkan meminta Anas mundur dari kongres.

SBY, kata Max, ketika itu mengatakan kepada para kader yang ikut kongres untuk memilih sesuai hati nurani. "Saya kira tidak ada pro dan kontra di sana. Saat Anas menjadi Ketum diamankan," kata dia.

Max, yang pada saat kongres tahun 2010 lalu menjadi tim sukses Marzuki Alie, mengaku tak tahu apa yang membekas di hati Anas. "Selama ini, Anas soalnya selalu mengatakan hubungannya dengan SBY seperti adik kakak. Kalau disebut demikian, mungkin ada perasaan lain. SBY itu sudah 2,5 tahun ini tidak urus partai," kata Max.

Anas tak disukai Cikeas

Sebelumnya, Anas dalam menjalankan tugasnya di Partai Demokrat mengaku pernah berseberangan dengan Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono terkait beberapa keputusan politik. Akibatnya, SBY pernah menganggapnya keluar dari garis loyalitas.

"Lalu saya katakan (kepada SBY), ini tidak terkait dengan loyalitas. Saya harap beliau bisa mengerti dan memahami," kata Anas saat wawancara dengan RCTI, Rabu (27/2/2013) dini hari. Anas tak menjelaskan secara rinci terkait keputusan-keputusan politik tersebut.

Baginya, perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan politik adalah bagian dari dinamika dalam berpartai politik. Mantan Ketua PB HMI ini sempat mengatakan, ada desain besar operasi kriminalisasi terhadap dirinya.

Lantas, seberapa berbahaya seorang Anas jika tak segera diberhentikan sebagai ketua umum? "Saya juga tidak tahu. Anas tidak memiliki pengaruh. Tak ada kewenangan politik. Popularitas juga segitu-gitu saja," katanya.

Mantan anggota KPU ini bahkan menyebut dirinya sebagai anak kecil yang baru belajar berpartai politik. Tak ada alasan untuk membanding-bandingkan dirinya dengan SBY, pendiri, Ketua Dewan Pembina dan Ketua Majelis Tinggi Demokrat.

"Jadi, sesungguhnya, tak ada alasan untuk takut sama Anas," katanya. Setelah mundur dari posisi ketua umum, Anas mengaku tak pernah melakukan komunikasi dengan SBY maupun Sekjen PD Edhie Baskoro Yudhoyono. Kendati demikian, Anas mengaku menerima pesan-pesan implisit yang dikatakan datang dari Cikeas.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Krisis Demokrat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke 'Crazy Rich Surabaya'

    MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke "Crazy Rich Surabaya"

    Nasional
    Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

    Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

    Nasional
    Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

    Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

    Nasional
    BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

    BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

    Nasional
    Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

    Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

    Nasional
    Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para 'Sesepuh'

    Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para "Sesepuh"

    Nasional
    Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

    Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

    Nasional
    Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

    Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

    Nasional
    MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

    MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

    Nasional
    11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

    11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

    Nasional
    Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

    Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

    Nasional
    KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

    KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

    Nasional
    Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

    Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

    Nasional
    Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

    Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

    Nasional
    Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

    Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com