JAKARTA, KOMPAS.com - Banyaknya artis yang direkrut partai-partai politik sebagai calon legislatif, menunjukkan partai politik mencari cara mudah dan instan untuk mendongkrak perolehan suara. Jalan pintas ini memunculkan kader karbitan yang kualitasnya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini diungkapkan Peneliti LIPI, Siti Zuhro di Jakarta, Jumat (26/4/2013) petang. "Rekrutmen dan kaderisasi buruk yang dilakukan parpol akhirnya membuat kinerja parlemen tidak membaik. Semestinya, artis tak hanya digunakan sebagai vote getter, tetapi juga sebagai calon anggota dewan. Karenanya, artis dan caleg lainnya perlu dipersiapkan dengan baik," katanya.
Tanpa pendidikan politik, kaderisasi, dan persiapan memadai, parpol merusak nilai-nilai demokrasi Indonesia karena pilar-pilarnya - partai, pemilu, dan parlemen - koropos.
Dalam analisis Indonesia Indicator, lembaga survei yang memantau sekitar 1,6 juta berita sepanjang April 2012-2013 di 337 media daring termasuk media sosial, sebagian artis yang beralih menjadi politisi bisa bertransformasi. Adapula yang tetap berada pada kondisi transisi, adapula yang belum bertransformasi.
Communication Director Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, kemarin menjelaskan, transformasi ini terlihat pada berita-berita di seputar pesohor. Sebagai artis, isu yang melekat terkait dirinya, sedangkan sebagai politisi, semestinya ini berubah menjadi isu-isu publik.
Dalam survei, politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka dan Dedi Gumelar serta politisi Partai Golkar Nurul Arifin dan Tantowi Yahya, dinilai mampu bertransformasi dari artis menjadi politisi. Kalaupun diberitakan, isu-isu yang melekat terkait partai politik dan isu publik.
Sebaliknya, Rhoma Irama, Eko Patrio, dan Venna Melinda dinilai masih berada di posisi transisi antara selebitis menuju politisi. Venna misalnya, sudah menjadi kader Partai Demokrat dan anggota DPR. Akan tetapi, akhir-akhir ini Venna lebih banyak diberitakan untuk isu-isu pribadi.
Dalam diskusi yang diselenggarakan Rumah Kebangsaan di Jakarta, Jumat (26/4/2013), politisi PPP Okky Asokawati menilai tidak adil bila artis selalu diberi stigma tidak peka dengan isu publik. Juga tidak adil bila caleg artis dihadapkan dengan caleg kalangan aktivis. Kenyataannya, banyak politisi yang bukan dari kalangan pesohor dan tidak perduli dengan isu-isu sosial.
Di komisi IX DPR, tempat Okky bertugas, pun banyak anggota parlemen yang bukan pesohor dan tidak pernah berbicara dalam rapat-rapat komisi.
Diskusi bertema "Dilematika Politisi Pesohor dalam Rekrutmen Partai Politik" ini juga dihadiri caleg PDIP Edo Kondologit, caleg Partai Nasdem Donny Damara, serta Cornelia Agatha dari Rumah Kebangsaan.
Edo mencalonkan diri sebagai caleg setelah menjalani kaderisasi di PDIP selama tujuh tahun. Dia berharap bisa menjadi jembatan dalam komunikasi Papua dan pemerintah pusat di Jakarta, serta mengurai akar masalah di Papua, yaitu kesenjangan dan ketidakadilan.
Adapun Donny Damara menyadari masyarakat banyak kecewa oleh parpol serta skeptis pada politisi. Karenanya, partai politik bertanggung jawab menyiapkan kader-kadernya. Namun, proses ini memerlukan waktu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.