Sengketa Masih Mengganjal

Keengganan China memulai pembahasan COC juga tampak dari pernyataan juru bicara Direktur Jenderal Departemen Informasi Kementerian Luar Negeri China Qin Gang saat ditemui wartawan Kompas Imam Prihadiyoko, Selasa lalu. Menurut dia, China ingin menyelesaikan sengketa tersebut secara damai, termasuk menciptakan kawasan Asia yang bersahabat, dan memberikan kesempatan bersama mencapai kemakmuran.

Meski demikian, Qin melanjutkan, China ingin masalah sengketa tetap diselesaikan secara bilateral dan tanpa melibatkan pihak lain, termasuk pengadilan internasional. Januari lalu, Filipina memang meminta keterlibatan pengadilan tribunal Perserikatan Bangsa- Bangsa untuk meminta Beijing menghentikan aktivitasnya di beting Scarborough, yang diklaim kedua negara.

Lebih lanjut, dalam kondisi serba ”tersandera” seperti sekarang, para kepala negara ASEAN dalam salah satu dari 65 butir pernyataan bersamanya (chairman statement) meminta para menteri luar negeri (menlu) agar lebih ”giat” lagi mendekati China.

Mereka diminta ”merayu” China supaya sepakat, setidaknya mengenai kesimpulan awal COC. Oktober mendatang, Thailand telah mengajukan tawaran pertemuan antar-menlu ASEAN-China di Beijing untuk membahas masalah ini.

Momen itu dipastikan bakal menjadi sangat krusial mengingat tak lama kemudian para kepala negara ASEAN akan kembali berkumpul menggelar KTT ke-23, yang sekaligus menandai peralihan keketuaan, dari Brunei ke Myanmar.