Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Kedamaian, Paku Buwono XIII Absen di Peringatan Naik Takhta

Kompas.com - 04/06/2013, 16:02 WIB
Kontributor Surakarta, M Wismabrata

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Upacara Tingalan Jumenengan Ndalem Paku Buwono XIII, raja keraton Kasunanan Surakarta yang digelar di Sasana Sewaka Keraton pada Selasa (4/6/2013) tidak dihadiri sang raja. Ketidakhadiran raja demi menjaga kerukunan dan kedamaian di keluarga keraton.

Tingalan Jumenengan merupakan acara peringatan naiknya takhta raja yang digelar setiap tahun. Namun karena permasalahan internal keraton, sang Raja yaitu, Paku Buwono XIII tidak menghadiri acara sakral tersebut. Hal itu disampaikan salah satu kerabat dekat Paku Buwono XIII, Begug Purnomosidi.

"Sinuhun (Pakubuowo XIII) lebih memilih tidak datang ke acara tersebut demi kedamaian di antara para keluarga keraton. Sinuhun lebih memilih untuk ngemong adik-adiknya, supaya tidak terjadi perpecahan di dalam keraton," kata Begug kepada wartawan.

Begug juga menambahkan bahwa selama proses Jumenengan berlangsung, kondisi Pakubuwono XIII sehat. Namun, Begug menolak untuk menjelaskan kepada wartawan apakah acara Jumenengan tanpa dihadiri oleh raja bisa diangggap sah secara adat.

"Begini saja kita tidak usah mempersoalkan hal tersebut karena sebetulnya tujuan Sinuhun adalah merukunkan keluarga keraton," kata Begug yang juga sebagai juru bicara keraton.

Sementara itu, pernyataan berbeda diungkapkan salah satu kerabat keraton, GPH Satriyo Hadinegoro yang menjelaskan bahwa ketidakhadiran Sinuhun Paku Buwono XIII karena sakit.

"Tadi sempat bilang kepada saya kalau Sinuhun agak pusing. 'Jam 10 kalau saya sehat saya akan keluar tapi kalau saya tidak sehat, (Jumenengan, red)tetap jalan'," kata Satriyo Hadinegoro menirukan ucapan Pakubuwono XIII, kepada wartawan, Selasa.

Satriyo menambahkan, berita ketidakhadiran raja di acara peringatan kenaikan tahta tidak perlu dibesar-besarkan. Menurutnya, dalam sumpah pengangkatan raja, salah satu kewajiban yang dilakukan raja adalah menghadiri setiap acara adat keraton. Dan ketidakhadiran raja dalam acara Jumenengan merupakan hal yang biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan.

"Ketidakhadiran raja juga pernah terjadi saat zaman Pakubuwono IX dan XI juga pernah tidak menghadiri acara Jumenengan," katanya.

Seperti diketahui, konflik internal keraton Surakarta seakan tidak berujung. Berawal dari dualisme raja antara Pakubuwono XIII dan Tedjowulan, hingga rekonsiliasi dua raja yang berebut takhta tersebut ditolak oleh Dewan Adat Keraton Surakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com