Kontrak subsidi penumpang (public service obligation/PSO) kereta ditandatangani pada Senin (17/6) malam oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian Tundjung Inderawan dan Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan.
Total subsidi yang dikucurkan untuk semua kereta ekonomi
Sejumlah Rp 200 miliar di antaranya dialokasikan untuk
Subsidi untuk penumpang KRL non-AC Rp 86 miliar dan dialokasikan hanya sampai Agustus 2013. Diasumsikan akan ada penarikan kereta non-AC pada September dan digantikan dengan kereta ber-AC.
Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Tri Handoyo, Selasa, menjelaskan, dengan subsidi ini, pola tarif progresif KRL commuter line (AC) yang akan diterapkan pada 1 Juli mengalami perubahan.
”Semula, kami menetapkan tarif Rp 3.000 untuk lima stasiun pertama dan Rp 1.000 untuk setiap tiga stasiun berikutnya. Dengan subsidi ini, tarif lima stasiun pertama menjadi Rp 2.000 dan Rp 500 untuk tiga stasiun berikutnya,” katanya.
Tri mengatakan, tiket termurah Rp 2.000, sementara tiket termahal Rp 7.000, yakni rute Bogor-Maja.
Dia optimistis, pemberian subsidi PSO dari pemerintah akan berlanjut pada tahun berikutnya. PSO ditagihkan sesuai jumlah penumpang KRL commuter line.
Pemberlakuan tiket progresif bersubsidi pada 1 Juli ini akan diikuti dengan penjualan tiket elektronik multitrip yang saldonya dapat diisi sesuai keinginan penumpang.
Tiket multitrip dijual
PT KAI, dalam dua hari terakhir, menghentikan penggunaan tiket elektronik karena
”Berdasarkan informasi, ada belasan ribu tiket elektronik yang hilang,” kata Wakil Kepala Stasiun Besar Bogor Darmin, kemarin.
Seharusnya, saat tiba di stasiun akhir, penumpang memasukkan tiket ke pintu elektronik. Namun, diduga ada penumpang yang tidak mengembalikan kartu itu saat keluar.
Pada Senin, di Stasiun Besar Bogor juga didapati 12 penumpang yang ketika hendak keluar dari stasiun, saat ditanya petugas, menunjukkan tiket elektronik. Selain itu, ada 38