Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi Kehidupan Religi dan Prostitusi di Pasar Tanah Abang

Kompas.com - 21/07/2013, 09:27 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Tanah Abang bukan sekadar pasar, ia adalah kehidupan. Tanah Abang memiliki denyut dan nafas yang berbeda dari kebanyakan pasar di ibukota. Ironi hadir ketika kehidupan religi tercermin di sana, tetapi dunia esek-esek pun diam-diam terus menggeliat dibekingi para oknum.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Jumat (19/7/2013), puluhan pedagang, karyawan PD Pasar Jaya, warga sekitar, dan semua umat Muslim laki-laki tumpah ruah memadati masjid di lantai 4 Blok G, Tanah Abang. Mereka menjalankan kewajiban sebagai umat Muslim, mendirikan sholat Jumat.

Kondisi serupa terlihat pada hari biasanya. Masjid yang terletak di samping kantor PD Pasar Jaya itu tak pernah sepi. Saat Dzuhur, dan Ashar, puluhan pedagang kembali menghentikan aktivitasnya sejenak, untuk sujud menghadap Allah. Tak jauh beda dari masjid-masjid yang ada di perkantoran.

Pada bulan Ramadhan, utamanya setelah Dzuhur, banyak yang beristirahat barang satu-dua jam. Beberapa orang terdengar mendengkur.

Jumat siang itu, terlihat hanya satu orang yang membaca Al Quran. Jika tak ingin terlalu jauh naik ke Lt.4, para pedagang sembahyang di mushala yang terletak di Lt.1 Blok G, Tanah Abang.

Musholla ini terletak bersebelahan dengan kamar mandi/WC. Meski kecil, tempat ini pun selalu ramai dikunjungi umat Muslim yang hendak beribadah. Musholla ini beralaskan papan berukuran 2,5 x 1,2 meter. Satu papan terletak di depan toilet wanita, dan satu lagi terdapat di depan toilet pria.

"Kalau hari-hari biasa, ada lah 50 orang yang ke sini. Ganti-gantian begitu," ujar Wahyu (43), penjaga toilet dan musholla, kepada Kompas.com, Kamis (18/7/2013).

ESTU SURYOWATI Musholla portable depan toilet Lt.1, Blok G, Tanah Abang, Jakarta, Kamis (18/7/2013). Terlihat seorang pria keluar dari toilet hendak melaksanakan sholat Dzuhur.

Bermutasi

Tanah Abang yang terlihat religius bukanlah fenomena Ramadhan sesaat. Warga yang juga pedagang asli Tanah Abang, Ali Jawaz (50), mengatakan, sekitar 40 tahun silam Tanah Abang terkenal agamis, banyak ustaz tinggal di kawasan ini.

Seiring perkembanganan jaman, terlebih lagi lanjut Ali, pasca dibangunnya jalan layang non-tol, geliat kehidupan religi Tanah Abang pudar. Salah satu indikatornya, yakni mulai menjamurnya penjaja seks komersial (PSK) di sana. Kondisi ini semakin liar, setelah Blok G direnovasi pada 2004. Sejak saat itu, blok ini terkenal sebagai blok mati. Baik pedagang maupun pembeli enggan menyambangi.

Hal senada disampaikan pedagang lain, Abdul Muis (61). Pria asal Pekalongan ini mengatakan tak hanya PSK yang membuat risih. Keberadaan preman dan pencopet pun membuat pembeli dan pelanggan enggan.

Sekitar tiga tahun silam, blok G masih sangat ramai, namun banyak pembeli menjadi korban jambret dan copet. Praktis, pembeli tak mau belanja di blok G. Razia Satpol PP terhadap PSK jelang Ramadhan sekitar dua pekan lalu, menyisakan pekerjaan rumah PD Pasar Jaya. Para PSK berlarian naik ke atas blok G, berlindung di balik preman-preman yang mendiami kios-kios pedagang yang kosong.

"Saya agak marah juga (soal itu), jadi mereka (penjaja seks komersial) begitu diserbu di luar, mereka naik ke sini. Begitu saya ke sini, pedagang komplain, balai-balainya dimasuki," ujar Kepala PD Pasar Jaya Area Pusat 1 Pasar Tanah Abang Blok G, Warimin.

"Itulah mangkanya, yang lebih parah saya yang jadi beban. Saya ketua masjid di blok G. Di bawah mesjid buat PSK-PSK. Hadits-nya juga ada kan, apa tuh, kalau kita dagang atau rumah 40 meter dari tempat maksiat kena sialnya," kata Ali ditemui secara terpisah.

Kendali preman

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Respons Jukir Liar Saat Ditertibkan, Ada yang Pasrah dan Mengaku Setor ke Ormas

Ragam Respons Jukir Liar Saat Ditertibkan, Ada yang Pasrah dan Mengaku Setor ke Ormas

Megapolitan
Siang Ini, Kondisi Lalu Lintas di Sekitar Pelabuhan Tanjung Priok Tak Lagi Macet

Siang Ini, Kondisi Lalu Lintas di Sekitar Pelabuhan Tanjung Priok Tak Lagi Macet

Megapolitan
Cara Lihat Live Tracking Bus Transjakarta di Google Maps

Cara Lihat Live Tracking Bus Transjakarta di Google Maps

Megapolitan
Larangan 'Study Tour' ke Luar Kota Berisiko Tinggi, Tuai Pro Kontra Orangtua Murid

Larangan "Study Tour" ke Luar Kota Berisiko Tinggi, Tuai Pro Kontra Orangtua Murid

Megapolitan
Dalam 5 Bulan, Polisi Sita 49,8 Kg Sabu dari 12 Tersangka

Dalam 5 Bulan, Polisi Sita 49,8 Kg Sabu dari 12 Tersangka

Megapolitan
Casis Bintara Jadi Korban Begal di Kebon Jeruk, Jari Kelingkingnya Nyaris Putus

Casis Bintara Jadi Korban Begal di Kebon Jeruk, Jari Kelingkingnya Nyaris Putus

Megapolitan
Keluarga Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Berencana Bawa Kasus Donasi Palsu ke Polisi

Keluarga Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Berencana Bawa Kasus Donasi Palsu ke Polisi

Megapolitan
Gagal Tes dan Terluka karena Begal, Casis Bintara Ini Tes Ulang Tahun Depan

Gagal Tes dan Terluka karena Begal, Casis Bintara Ini Tes Ulang Tahun Depan

Megapolitan
Indra Mau Tak Mau Jadi Jukir Liar, Tak Tamat SMP dan Pernah Tertipu Lowongan Kerja

Indra Mau Tak Mau Jadi Jukir Liar, Tak Tamat SMP dan Pernah Tertipu Lowongan Kerja

Megapolitan
Casis Bintara Dibegal Saat Berangkat Psikotes, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Casis Bintara Dibegal Saat Berangkat Psikotes, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Megapolitan
Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Megapolitan
Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Megapolitan
Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati 'Pak Ogah' hingga Oknum Polisi

Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati "Pak Ogah" hingga Oknum Polisi

Megapolitan
Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Megapolitan
Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang 'Random'

Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang "Random"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com