Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Sekarang, Rakyat Idamkan Kepemimpinan Horizontal

Kompas.com - 25/07/2013, 11:40 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, saat ini masyarakat membutuhkan kepemimpinan yang horizontal. Itu berarti tidak ada kesenjangan antara pemimpin dengan masyarakatnya.

"Kepemimpinan sekarang ini sudah era yang sangat terbuka, mulai dari BlackBerry Messenger, Twitter, dan Facebook. Saya kira memang rakyat mendambakan kepemimpinan yang horizontal," kata Jokowi saat memberikan kuliah umum bagi peserta Sekolah Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri Pendidikan Reguler (Dikreg) ke-22 tahun 2013, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (25/7/2013).

Seorang pemimpin itu, kata dia, adalah pemimpin yang dapat membaca dan mendengar langsung apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat. Pemimpin itu harus benar-benar mengenal siapa rakyatnya, membaca imajinasi, harapan, pesan, dan pikiran rakyat.

Hal-hal tersebut yang dibutuhkan dalam kepemimpinan horizontal. Kepemimpinan horizontal itulah yang tidak dimanipulasi dan terkontaminasi oleh sebuah tampilan-tampilan elitis dan artifisial.

"Tapi, banyak yang tidak tahu, pemimpin itu memimpin untuk siapa. Artinya, memang kita harus kembali lagi terhadap konstitusi kita. Jiwa konstitusi kita ada di mana? Ada di rakyat, tidak di mana-mana," kata Jokowi.

Hal itu pula yang menjadi alasan Jokowi kenapa ia setiap saat suka turun ke masyarakat. Dari aksi blusukan-nya itu, Jokowi mengaku mendapatkan keuntungan besar, yakni timbulnya kepercayaan yang besar dari masyarakat kepada pemimpinnya.

Dengan membaca dan mendengar kebutuhan rakyat, pemimpin dapat mendesain sebuah kebijakan untuk kepentingan masyarakat. Salah satu kebijakan yang ia desain setelah melakukan aksi blusukan ialah Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Menurutnya, kebijakan itu ia ambil setelah ia mendengar dan membaca kebutuhan masyarakat. Berdasarkan fakta yang Jokowi temukan di lapangan, banyak warga yang terbentur administrasi untuk mengurus pengobatan gratis sehingga ia memilih untuk tidak berobat dan membiarkan diri telantar di rumah.

"Makanya, pas KJS dikeluarkan, pasiennya membeludak sekali sampai rumah sakit tidak cukup. Kalau dilihat dari sisi politis, ini pasti dibilang kalau sistemnya tidak siap dan sebagainya," kata Jokowi.

Salah satu kelemahan pemerintahan vertikal adalah adanya kesenjangan antara pemimpin dengan rakyatnya. Selain itu, para pemimpin kerap tidak bisa membaca keinginan masyarakat sehingga banyak kebutuhan masyarakat yang terbengkalai oleh pemimpin.

Ke depannya, Jokowi menjelaskan, masyarakat saat ini membutuhkan kepemimpinan yang kreatif, proaktif, dan responsif dalam membaca perubahan, baik untuk nasional maupun internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkaca dari Pilpres, Bawaslu DKI Evaluasi Perekrutan Panwascam Pilkada 2024

Berkaca dari Pilpres, Bawaslu DKI Evaluasi Perekrutan Panwascam Pilkada 2024

Megapolitan
Tanjung Priok Macet Total Imbas Kebakaran di Terminal Kontainer Clincing

Tanjung Priok Macet Total Imbas Kebakaran di Terminal Kontainer Clincing

Megapolitan
Nasib Tukang Tambal Ban yang Diduga Tebar Ranjau, Digeruduk Ojol lalu Diusir Warga

Nasib Tukang Tambal Ban yang Diduga Tebar Ranjau, Digeruduk Ojol lalu Diusir Warga

Megapolitan
Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan, Mungkinkah Terwujud?

Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan, Mungkinkah Terwujud?

Megapolitan
Bawaslu DKI Mulai Rekrut Anggota Panwascam untuk Pilkada DKI 2024

Bawaslu DKI Mulai Rekrut Anggota Panwascam untuk Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Menggantungkan Hidup dari Recehan Pengunjung Minimarket...

Menggantungkan Hidup dari Recehan Pengunjung Minimarket...

Megapolitan
Membaca Kans Ahok Maju Pilkada 2024 hingga Dianggap Patut Diperhitungkan Lawan

Membaca Kans Ahok Maju Pilkada 2024 hingga Dianggap Patut Diperhitungkan Lawan

Megapolitan
PDI-P Usung Sekda Supian Suri Jadi Bakal Calon Wali Kota Depok

PDI-P Usung Sekda Supian Suri Jadi Bakal Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Antisipasi Kebakaran Meluas, Wali Kota Jaksel Imbau Warga Punya APAR di Rumah

Antisipasi Kebakaran Meluas, Wali Kota Jaksel Imbau Warga Punya APAR di Rumah

Megapolitan
Warga Temukan Granat Aktif Tertutup Coran Semen di Area Pemancingan Dekat Ancol

Warga Temukan Granat Aktif Tertutup Coran Semen di Area Pemancingan Dekat Ancol

Megapolitan
Truk Trailer Tabrak Pengendara Motor di Koja, Korban Terluka di Paha

Truk Trailer Tabrak Pengendara Motor di Koja, Korban Terluka di Paha

Megapolitan
Tak Ada Bukti dan Korban, Tukang Tambal Ban yang Digeruduk Ojol Tak Diusut Polisi

Tak Ada Bukti dan Korban, Tukang Tambal Ban yang Digeruduk Ojol Tak Diusut Polisi

Megapolitan
Atasi Masalah Sampah, Pemkot Jaksel Bakal Bangun TPS 3R di Lokbin Pasar Minggu

Atasi Masalah Sampah, Pemkot Jaksel Bakal Bangun TPS 3R di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 14 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 14 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Tukang Soto Terlibat Pembunuhan Pria Dalam Sarung di Pamulang karena Tak Boleh Utang Rokok

Tukang Soto Terlibat Pembunuhan Pria Dalam Sarung di Pamulang karena Tak Boleh Utang Rokok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com