Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tewas karena Miras, Efek Budaya Nongkrong

Kompas.com - 13/10/2013, 12:00 WIB

Evy Clara, Sosiolog Universitas Negeri Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus meninggalnya beberapa pria akibat menenggak minuman beralkohol oplosan bukan kali ini saja terjadi. Banyak kasus yang sama dan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.

Menurut saya, itu adalah salah satu efek dari budaya nongkrong, terutama di kalangan anak muda. Mereka yang mengonsumsi miras oplosan umumnya berasal dari kalangan sosial menengah ke bawah. Mereka biasanya berkumpul di gang, di titik nongkrong favorit, dan secara patungan membeli berbagai bahan yang mereka campur tanpa memperhitungkan kesehatan atau dampak nantinya.

Mayoritas mereka adalah pemuda-pemuda yang frustrasi atau tidak mempunyai pekerjaan yang tetap. Mereka tidak banyak punya aktivitas, sementara tingkat kebutuhan ekonomi di Jakarta begitu tinggi. Jadi, tidak ada pelampiasan lain dari para pemuda itu selain nongkrong, berkumpul dengan rekan-rekannya yang mengalami nasib sama.

Mereka merasa, dengan mabuk-mabukan maka pikiran menjadi tenang, lepas dari pikiran-pikiran berat soal kehidupan, tanpa memikirkan lagi bahaya dari minuman yang mereka konsumsi.

Jika ada pertanyaan, apa solusi yang efektif untuk mencegah terjadinya hal yang sama? Ini membutuhkan jawaban yang tidak mudah. Bisa dengan upaya menarik atau merazia miras di lapak-lapak yang menjualnya karena konsumen miras murah ini biasanya berasal dari kalangan bawah. Tetapi khusus untuk mereka yang suka mengoplos minuman, ini memang sulit diatasi.

Sebab, kadang mereka menggunakan alkohol murni yang dicampur dengan berbagai bahan. Sementara, alkohol banyak dijual bebas di apotek. Penjaga apotek pun tidak bisa tahu pembeli mana yang benar-benar menggunakan alkohol untuk keperluan medis dan pembeli mana yang menyalahgunakan alkohol sebagai miras oplosan.

Sementara peran dari tokoh masyarakat atau pemuka agama masih kurang dalam menyasar kelompok kelas bawah. Bagus juga jika ada pemuka agama yang berdakwah di lokasi-lokasi rawan kenakalan seperti terminal atau perkampungan di mana di sana banyak pemuda menganggur. Berikan edukasi dari sisi agama dan bahaya dari mengonsumsi miras maupun narkoba.

Selain itu, pemerintah harus secara tegas bertindak dengan mengerahkan Satpol PP untuk secara rutin merazia tempat-tempat nongkrong para pemuda. Sebab, di tempat nongkrong itulah ide untuk mengonsumsi miras bermula.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com