Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis Bayi di Tengah Penertiban Taman Burung Waduk Pluit

Kompas.com - 12/12/2013, 17:24 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Isak tangis menyelimuti suasana pembongkaran rumah warga di Taman Burung sisi selatan Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (12/12/2013) siang. Warga yang bertahan di sana tidak menyangka jika petugas penertiban benar-benar meratakan rumah mereka dengan tanah.

Ekspresi kekecewaan dan kebingungan tampak pada wajah-wajah warga di tempat itu. Rosa (10) tampak kebingungan ketika harus menenangkan adiknya, Aliya, yang baru berusia enam bulan. Keduanya sempat terpisah dari ayahnya yang sibuk memindahkan barang di rumahnya agar tidak ikut tergilas oleh mesin backhoe. Dengan wajah ketakutan, Rosa terus menggendong adiknya yang terus saja menangis.

"Kita enggak dikasih tahu, tiba-tiba kok begini," ujar Rosa sambil berusaha mencari ayahnya dan menenangkan adiknya yang terus menangis di lokasi pembongkaran, Kamis (12/12/2013).

Bukan hanya Aliya yang harus menghadapi deru suara mesin backhoe tersebut. Aola Zinan, bayi berusia satu bulan, juga terus menangis di pelukan ibunya, Lina (29). Selama proses pembongkaran, Lina terpaksa mengungsi di tenda sementara milik Brimob. Seperti warga lain yang belum pindah dari tempat itu, Lina belum mendapatkan unit rusun di Pinus Elok, Jakarta Timur. Ia mengaku sudah mendaftar untuk mendapatkan rusun, tetapi sampai saat ini masih belum mendapatkan kunci rusun.

Karena pembongkaran rumahnya hari ini, suami Lina, Agus Susanto (33), harus pulang lebih cepat dari kantornya di bilangan Pluit. Agus khawatir akan kondisi anak dan istrinya, terlebih beberapa harta benda miliknya, sempat tidak terselamatkan. "Tadi TV sudah tidak sempat terselamatkan," ujar Lina.

Wanita asal Pemalang, Jawa Tengah, itu bingung karena sampai saat ini masih belum mendapatkan tempat tinggal. Suaminya juga sudah berusaha untuk bisa segera mendapatkan rusun. Namun, kata Lina, petugas kecamatan kemungkinan baru menyerahkan kunci rusun besok. Lina sangat menyesal karena terkena hasutan untuk tetap bertahan tanpa mendapatkan jaminan yang nyata.

"Ya, kita mah ikut-ikut aja ya, disuruh bertahan. Ternyata malah kayak gini, kita dikasih tahu buat bongkar juga baru kemarin," ujarnya.

Lina menyebutkan, rumahnya mendapat giliran pertama dibongkar sehingga ia tak sempat menyelamatkan harta benda. Sementara itu, ketua kelompok yang mengajak warga bertahan digusur paling akhir sehingga masih dapat menyelamatkan barang-barang.

Penertiban bangunan di lahan tersebut sempat memanas karena adanya penolakan dari warga yang bersikeras untuk bertahan sebelum mendapatkan ganti rugi yang sesuai. Sekitar pukul 12.00, tiga mesin backhoe dikerahkan untuk meratakan bangunan tersebut.

Pembongkaran itu melibatkan 1.000 anggota Satuan Polisi Pamong Praja dan 100 personel gabungan TNI dan Polri. Bangunan yang ditertibkan pada hari ini sebanyak 150 bangunan yang dihuni oleh 40 kepala keluarga. Sebagian bangunan itu kosong karena penghuninya sudah pindah ke Rusun Pinus Elok. Satpol juga menyediakan sekitar 30 truk untuk membantu warga pindah dari lokasi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com