"Pak Mudji memang terkenal penyayang anak kecil," kata Samin, tetangga Pamudji, kepada Kompas.com, Rabu (19/3/2014).
Semasa hidup, Pamudji, yang lahir di Madiun pada 2 Oktober 1959, senang berinteraksi dengan anak-anak di sekitar rumahnya. Ketika Lebaran, ia juga dikatakan mengundang anak-anak ke rumahnya.
Tak hanya itu, suami dari AKBP Nurul Megawati yang berdinas di Binmas Polda Metro Jaya ini juga tak segan-segan menyapa warga di sekitar rumahnya. Jika sedang mengendarai mobil, ia biasanya menurunkan kaca jendela dan menyapa warga yang berpapasan dengannya.
"Bapak (Pamudji) kalau ketemu saya suka nanyain kerjaan, terus nanyain kesehatan anak dan istri saya. Sayang sekali orang ramah seperti itu cepat meninggalkan kita," kata Samin.
Hingga Rabu siang ini, motif dan apa yang menyebabkan Pamudji tewas belum diketahui pasti. Para penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya masih melakukan penyelidikan atas kasus itu. Empat anak buah Pamudji saat ini sedang diperiksa."Masih dalam pemeriksaan. Belum bisa disimpulkan apakah korban bunuh diri, tertembak, atau ada yang menembak. Empat orang saksi yang semuanya polisi masih menjalani pemeriksaan. Keempatnya relatif baik-baik saja," kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Rabu pagi.
Ia membenarkan, sebelum ditemukan tewas di ruang piket Pelayanan Markas (Yanma) Polda Metro, korban sempat menegur seorang anggotanya, Brigadir S (Susanto). Sebab, anak buahnya itu tidak mengenakan baju dinas atau seragamnya, padahal sedang bertugas piket markas.
"Iya, korban menegur anggota karena tidak mengenakan baju dinas," katanya.
Korban memanggil Brigadir S dan memerintahkan untuk mengenakan seragam. Selain itu, korban juga meminta senjata api dinas milik Brigadir S.
Tindakan Pamudji menegur sampai meminta senjata api Brigadir S itu, kata Rikwanto, disaksikan Aiptu DM. Saat itu sekitar pukul 21.00. DM berada di lokasi karena akan pamit kepada Pamudji karena lepas dinas dan akan pulang setelah piket dari pukul 08.00 hingga pukul 20.00.
DM lalu keluar ruangan tersebut menuju ruang ganti baju. Selesai ganti baju, ia melihat Brigadir S sudah mengenakan seragam dinas. DM lalu keluar untuk pulang. Sekitar 30 meter meninggalkan ruangan piket Yanma, terdengar satu kali letusan senjata api.
DM yakin suara itu dari ruang piket Yanma. Ia langsung lari ke ruang piket Provos untuk melapor terdengar suara letusan. Bersama Iptu A, DM menuju ruang piket Yanma. Keduanya mendapati Brigadir S di depan ruang piket sambil berteriak, "Kayanma bunuh diri."
Keduanya kemudian masuk ke ruang piket Yanma dan mendapatkan korban tergeletak dengan kepalanya mengeluarkan darah.
"Saat ini masih diselidiki, bagaimana korban sampai tewas dengan luka tembakan di pelipisnya," ujar Rikwanto.
Jika akhirnya nanti terbukti bahwa Pamudji ditembak anak buahnya, hal ini setidaknya merupakan kejadian kedua. Tanggal 14 Maret 2007 lalu, Wakil Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Semarang Ajun Komisaris Besar Lilik Purwanto tewas dengan 14 butir peluru bersarang di tubuhnya akibat diberondong peluru oleh anak buahnya, Brigadir Satu Hanche Christijanto. Hanche kecewa karena dimutasi dari Unit Pengaduan dan Penegakan Disiplin Polwiltabes Semarang ke Polres Kendal.
Dimakamkan
Jenazah Pamudji dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Cijantung, Jakarta Timur, siang ini, setelah disemayamkan di rumah duka di Jalan Kamboja RT 007 RW 002, Cijantung, Pasar Rebo, Jaktim, sejak Rabu pagi.
Selain istri, almarhum meninggalkan dua anak, Alfian Prasetio (28), yang bekerja di Jasa Raharja Semarang, dan Kamila Maharani (18) yang masih kuliah.
Nurul sempat jatuh lemas saat jasad almarhum diberangkatkan ke masjid untuk dishalatkan.
Selama di rumah duka, para pelayat dari kalangan kepolisian memenuhi rumah almarhum. Anggota dari Satuan Lalu Lintas Polda Metro Jaya salah satunya, cukup memenuhi rumah almarhum karena sebelumnya Pamudji aktif di Satuan Lalu Lintas Polda Metro Jaya. Hadir di rumah duka antara lain Kepala Korps Lantas Mabes Polri Inspektur Jenderal Pudji Hartanto dan Wakil Korps Lantas Mabes Polri Brigadir Jenderal (Pol) Agung Hadi.
Kepala Unit Lalu Lintas Menteng Komisaris Billy, salah satu rekan kerja Pamudji saat bertugas di Satuan Penjagaan dan Pengaturan Polda Metro Jaya hingga 2011, mengungkapkan, Pamudji dikenal sebagai anggota yang gesit dan pekerja keras. Ia juga baik terhadap kawan-kawan di satuannya.
"Kejadian ini sangat mengagetkan karena almarhum juga orang yang baik," katanya.
Dari seorang anggota Satuan Lalu Lintas Polda Metro Jaya diperoleh informasi bahwa almarhum dan anak buahnya, Brigadir Susanto, yang diduga sebagai pelaku penembakan, sudah dua hari ini piket siaga persiapan pemilu. Keduanya belum pulang hingga almarhum ditemukan tewas ditembak.
Sementara itu, dari informasi yang dihimpun, sebelum Pamudji ditemukan tewas di ruang kerjanya, ia dan Brigadir Susanto terlibat adu mulut. Kemudian terdengar letusan tembakan dua kali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.