"Kami mengecam tindakan kekerasan terhadap anak-anak yang dilakukan di lingkungan sekolah. Kami juga mendesak pihak kepolisian mengusut tuntas aktor intelektual dibalik kejahatan seksual di JIS," kata Ketua Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Armai Arief di Gedung Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jakarta, Senin (5/5/2014).
Pernyataan tersebut disampaikan dalam kegiatan "Aksi Bersama Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual" yang diadakan di Gedung KPAI.
Selain mengecam, ADI juga menuntut pihak kepolisian mengusut sindikat pelaku kejahatan dalam lembaga pendidikan. "Anak-anak adalah generasi muda penerus bangsa. Sudah menjadi tugas kita untuk menjaga dan melindungi mereka dari berbagai kejahatan, termasuk kejahatan seksual," lanjut dia.
"Ini adalah bencana moral bagi bangsa Indonesia. Kita harus bangkit melawan ini semua. Kita belum terlambat untuk menjauhkan anak-anak kita dari kejahatan seksual," pungkasnya.
Kegiatah ini juga dihadiri berbagai elemen masyarakat yang meliputi Aliansi Cinta Keluarga (Aila), Perhimpunan Advokasi Anak (Peran), komunitas kaum muslimah di Jakarta dan Komunitas Parenting Cibubur.
Seperti diberitakan, sejumlah kasus kejahatan seksual terungkap dalam sebulan terakhir. Pada awal April lalu, seorang siswa TK Jakarta International School (JIS) menjadi korban kejahatan sosial yang dilakukan petugas kebersihan sekolah tersebut.
Kasus terbaru yang mengejutkan adalah terungkapnya perbuatan Andri Sobari alias Emon yang melakukan kejahatan seksual terhadap puluhan anak di Sukabumi, Jawa Barat. Polisi telah menerima laporan dari sekurangnya 73 anak yang menjadi korban Emon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.