Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbuat bagi Mereka yang Termarjinalkan

Kompas.com - 20/05/2014, 19:59 WIB

Tahir lahir di Surabaya, 26 Maret 1952, dikenal sebagai pengusaha yang sukses. Sebelum memasuki dunia filantropi, bisnisnya antara lain garmen, perbankan, media, properti, serta rumah sakit.

Ia dibesarkan dalam keluarga yang sederhana dan tinggal di sebuah gang di kawasan masyarakat yang tidak mampu. Ayahnya menghidupi keluarga dengan membuat dan mereparasi becak. Ibunya pun turut membantu dengan mengecat becak. Tidak heran Tahir pun amat dekat dengan masyarakat bawah dan terbiasa bekerja keras.

”Saya amat terkenang dengan kondisi ketika itu. Salah satu ingatan yang amat melekat saat ini, suatu ketika ibu saya kepalanya terluka karena dipukul orang dengan batu ketika menagih utang. Tetapi orangtua saya memang orang-orang kuat, tetap besar hati dan tidak mendendam. Yang jelas, mereka pekerja ulet yang tidak mau berpangku tangan,” ujar Tahir yang dalam bertindak selalu diilhami semangat kerja keras orangtuanya.

Sebetulnya, setelah menamatkan SMA tahun 1971, Tahir bercita-cita menjadi dokter. Bukan untuk menjadi orang hebat atau kaya, melainkan agar bisa membantu orang. Pasalnya, ketika kecil, ia melihat, banyak tetangganya dan orang-orang yang ia kenal tidak mampu berobat. Tidak sedikit orang-orang yang ia kenal dan sakit itu akhirnya meninggal dan belum sempat mendapat layanan pengobatan. Bahkan, ayahnya pun meninggal karena sakit yang dideritanya.

”Mungkin sudah rencana Tuhan, ayah sakit keras, saya pun harus berhenti kuliah karena tidak cukup biaya, dan saya harus melanjutkan bisnis keluarga di Surabaya,” ujarnya.

Putus kuliah dan terjun ke bisnis bukan berarti menghentikan cita-cita menyelesaikan kuliah. Itu sebabnya, ia kemudian mencari beasiswa untuk bisa menyelesaikan kuliah. Akhirnya, Tahir mendapat beasiswa untuk belajar bidang bisnis di Universitas Nanyang, Singapura.

Rupanya, bukan hanya belajar, di Singapura ia pun tetap menjalankan bisnis. Tahir membeli sejumlah barang di Singapura, kemudian dijual di Indonesia. Namun, pengalaman hidup susah ini juga yang membuatnya ingin memberikan beasiswa kepada orang yang kesulitan biaya.

”Yang jelas, di Indonesia saya lahir, besar, dan berusaha. Saya bisa besar karena rakyat Indonesia, jadi mengapa tidak membantu rakyat Indonesia,” ujarnya. (Imam Prihadiyoko)

Ricardo Hutahaean

Lahir dan besar di lingkungan ”liar” menjadi bekal berharga bagi Ricardo Hutahaean (38). Hatinya selalu tertuju kepada tetangga, saudara, dan warga Kampung Beting Remaja di Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, yang rata-rata hidup di bawah standar layak.

Bagi warga Beting Remaja, Ricardo adalah pahlawan, orang yang pontang-panting memperjuangkan kebutuhan dasarnya. Hari-hari ini, misalnya, Ricardo tengah memperjuangkan air bersih bagi ratusan keluarga di RW 019 Tugu Utara. Sambungan air terancam putus menyusul surat edaran yang meminta uang jaminan Rp 7,5 juta, angka yang terbilang tinggi dan tak sanggup dibayar oleh warga.

Sejak tahun 1997, sebagian waktu Ricardo habis untuk membantu warga, mayoritas terkait urusan dasar. Dia, antara lain, memperjuangkan hak warga untuk mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan, hak sipil sebagai warga negara, serta kebutuhan dasar, seperti air dan listrik.

Tak sedikit warga miskin Beting Remaja gagal mengakses layanan program jaminan kesehatan, bantuan pendidikan, dan program bantuan lain, seperti beras untuk rakyat miskin, gara-gara tak punya kartu tanda penduduk (KTP). ”Sampai tahun lalu, pemerintah tak mau memberikan KTP karena warga dianggap sebagai penghuni liar. Padahal, KTP dan jaminan kesehatan adalah hak setiap warga.”

Tahun lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya memberikan KTP bagi warga Beting Remaja. Saat menyerahkan KTP secara simbolis, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berpesan, KTP adalah dokumen kependudukan yang membantu warga mengakses hak-hak sipilnya, bukan alat legitimasi atas kepemilikan lahan.

Selain hak sipil, Ricardo juga masuk ke ruang-ruang keluarga untuk membantu pengasuhan anak. Akibat impitan ekonomi, tak sedikit anak-anak di kampungnya turun ke jalan menjadi pengamen, peminta-minta, atau terjerumus ke tindak pidana.

Lewat Arsari Sanggar Anak Mandiri, Ricardo membekali anak-anak Beting Remaja melalui pendidikan anak usia dini (PAUD), bimbingan belajar, dan sanggar. Sanggar yang bernaung di bawah Yayasan Titian Harapan itu juga menggelar posyandu, memberi beasiswa, dan menjadi mitra pemberdayaan keluarga.

Ricardo dan relawan lain, sebagian adalah remaja alumnus sanggar, menjadi mentor dalam pengasuhan anak. Dia, antara lain, mengajarkan pentingnya melindungi anak-anak dari penjahat seksual, memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi, dan bahaya narkoba.

Ricardo bersyukur mendapat bantuan dari banyak orang sehingga bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi, jauh lebih baik dibandingkan teman-temannya. Oleh karena itu, dia merasa harus mengabdikan hidupnya untuk membantu orang lain.

Ricardo kini dipercaya menjadi Ketua RW 019 Tugu Utara. Meski berpeluang memiliki pekerjaan lebih baik dengan gaji tinggi, Ricardo memilih mendampingi warga, bergelut sebagai pekerja sosial. Ada kepuasan tersendiri bagi suami Larisma Betty Siregar ini. (Mukhamad Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Megapolitan
Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Megapolitan
Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Megapolitan
Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Megapolitan
NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

Megapolitan
Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Megapolitan
Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Megapolitan
Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Megapolitan
Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Megapolitan
'Call Center' Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

"Call Center" Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

Megapolitan
Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Megapolitan
Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Megapolitan
Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Megapolitan
KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

Megapolitan
Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com