Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Enggan Mengantre BPJS, Pasien Bisa Pilih 2 Jenis Joki

Kompas.com - 21/07/2014, 11:46 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Panjangnya antrean warga di loket Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di rumah sakit umum menimbulkan profesi baru, yakni joki antrean. Pasien yang tidak kuat mengantre bisa menggunakan jasa joki dengan konsekuensi membayar uang yang berkisar Rp 50.000-Rp 100.000.

Seorang kerabat pasien bernama Masnah (40) menjelaskan, terdapat dua layanan jasa joki antrean di RSUD Budhi Asih. Dua-duanya mewajibkan joki untuk tiba di rumah sakit setidaknya pukul 02.00. Hal itu juga dibenarkan oleh kerabat pasien lain yang ditemui Warta Kota.

Jasa pertama adalah joki tempat antrean. Di sini tugas joki sederhana, yaitu menempati atau "mengamankan" tempat mengantre pengambilan nomor antrean registrasi. Setelah tiba sekitar pukul 02.00, ia cuma perlu tahan duduk sekitar tiga jam sebelum si pasien pemakai jasa datang.

Setelah duduk "mengamankan" tempat selama tiga jam, pasien pengguna jasa selanjutnya akan tiba di RSUD Budhi Asih kira-kira pukul 05.00 atau sebelum pengambilan nomor antrean registrasi dibuka pukul 05.30. Pengambilan nomor harus menyertakan surat rujukan dan puskesmas.

Bila sudah tiba, si pasien pun tinggal menduduki tempat yang sebelumnya "diamankan" oleh si joki. Pasien itu lalu mengambil nomor antrean registrasi. Tugas si joki pun selesai.

Para pemakai jasa joki bisa menghemat waktu berjam-jam karena begitu datang langsung dapat nomor antrean kecil. Makin kecil nomor antrean yang didapat, makin besar kesempatan untuk dilayani lebih dulu.

Layanan jasa kedua adalah joki nomor antrean. Prosesnya lebih kurang sama. Si joki datang dini hari dan mengamankan tempat dengan cara duduk hingga sekitar tiga jam.

Bedanya, untuk jasa kedua ini si joki juga sekaligus bertugas mengambil nomor antrean registrasi. Dengan demikian, ia harus membawa serta berkas pasien berupa surat rujukan dari puskesmas.

Pengambilan nomor hanya bisa dilakukan dengan membawa berkas pasien. Setelah mengambil nomor antrean, si joki tinggal menunggu pasien pemakai jasanya tiba di RS.

Untuk layanan jasa kedua ini, pasien lebih hemat waktu karena tidak perlu datang pukul 05.00. Ia bisa datang kira-kira pukul 06.30 dan tinggal menunggu namanya dipanggil.

Untuk layanan jenis kedua ini, sebelumnya pasien harus menyerahkan berkas rujukan kepada si joki sehari atau malam sebelumnya.

Menurut pengakuan Roli (28), seorang keluarga pasien, uang yang diberikan kepada si joki biasanya akan lebih besar bila layanannya lengkap (jasa kedua), yakni sekitar Rp 100.000.

"Tapi biasanya mereka enggak pasang tarif. Seikhlasnya aja karena yang berobat kan juga bukan orang kaya. Pernah kita kasih Rp 100.000. Cuma sekali itu saja," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Megapolitan
Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
417 Bus Transjakarta Akan 'Dihapuskan', DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

417 Bus Transjakarta Akan "Dihapuskan", DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

Megapolitan
Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Megapolitan
Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Megapolitan
Fakta-fakta Donasi Palsu Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pelaku Mengaku Paman Korban dan Raup Rp 11 Juta

Fakta-fakta Donasi Palsu Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pelaku Mengaku Paman Korban dan Raup Rp 11 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com