Dia juga harus merogoh uang lebih banyak dibandingkan ongkos transjakarta, yakni Rp 6.000 sekali jalan. Adapun tarif transjakarta Rp 3.500.
”Saya berharap angkutan umum ini bisa dibenerin, enggak jelek begini kondisi busnya. Minimal seperti Kopaja yang sudah ganti bus dengan bus baru dan ada penyejuk ruangannya,” katanya.
Beda lagi persoalan yang dihadapi Andriani (19) yang biasa memakai KRL. Dia juga menggunakan kartu multitrip untuk tiket KRL.
Saat Andriani menggunakan moda transportasi Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway dari halte Tosari, kartu multitrip miliknya tidak bisa digunakan untuk masuk halte.
Andriani pun harus membeli kartu uang elektronik yang dikeluarkan perbankan agar bisa masuk ke halte transjakarta yang berada di koridor satu tersebut. Untuk mendapatkan kartu ini, dia harus membayar Rp 40.000.
”Saya bukan pengguna rutin transjakarta. Tetapi, karena harus masuk ke halte transjakarta, saya harus membeli lagi kartu uang elektronik ini,” kata Andriani.
Andriani menyayangkan kartu multitrip yang dimilikinya belum bisa terintegrasi dengan moda transportasi transjakarta sehingga ia harus memiliki beberapa jenis kartu. (*/ART/A05)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.