Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Sunyi Si Pitung di Marunda

Kompas.com - 19/10/2014, 08:27 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesan tradisional tetapi megah menyapa dari bangunan bersejarah Rumah si Pitung, di Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Sebentuk bangunan berusia hampir dua abad ini merekam sepenggal jejak kehidupan sang pendekar Betawi.

Namanya memang Rumah si Pitung, tapi sebenarnya rumah itu adalah milik Haji Syaifudin, seorang tuan tanah kenalan Pitung. Alkisah, Pitung yang kerap berurusan dengan para kompeni Belanda itu sempat bersembunyi di sana.

Pitung menjadi buruan akibat ulahnya merampok orang kaya. Beragam cerita menyebutkan, hasil rampokan itu digunakan Pitung untuk mendanai perjuangan melawan Belanda. Ada pula cerita bahwa hasil rampokan dibagi-bagikan untuk rakyat kecil.

"Dia merampok orang kaya untuk orang yang membutuhkan," kata Farhan, juru pelihara Rumah si Pitung, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu. Sepak terjang si Pitung belakangan membuat dia dijuluki sebagai Robin Hood Betawi, layaknya jago panah dari Inggris yang juga seorang perampok "budiman".

Namun, sosok si Pitung bukan pahlawan. "Statusnya bukan seperti pahlawan nasional, tapi legenda kedaerahan saja," ujar Farhan.

Saksi bisu

Kompas.com/Robertus Belarminus Ruang tengah dengan pemandangan ujung ruang makan, di Rumah si Pitung di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Keheningan begitu terasa ketika masuk ke dalam rumah si Pitung, sekalipun ada bunyi gemeretak seiring tapak kaki pengunjung.

Farhan mengaku tak pernah tahu apa aktivitas Pitung selama tinggal di rumah ini. "Kalau menurut cerita dia di sini selama satu bulan, dia ngumpet dari Belanda," ujar Farhan.

Namun, tutur Farhan, si Pitung akhirnya tertangkap juga. Konon, ujar dia, Pitung dimutilasi karena terlalu sakti. Sebelumnya, Pitung dilumpuhkan dengan peluru emas.

"Matinya dia dipisah kepala, badan, dan kaki. Jadi tidak bangkit kembali," ujar Farhan. Dari beragam kisah turun-temurun secara lisan, ketiga bagian tubuh Pitung itu dibawa ke tiga tempat berbeda pula.

Tak ada informasi pasti soal tiga lokasi tempat bagian tubuh Pitung itu ditempatkan. Farhan mengatakan, tiga tempat yang sering disebut adalah Rawa Belong, Depok, dan Pekojan. "Bisa benar, bisa tidak," ujar dia.

Cagar budaya

Pada 1972, kata Farhan, Pemda DKI membeli rumah si Pitung dari keluarga Syaifudin. Setelah dibeli, rumah itu diubah menjadi cagar budaya. "Pengambilalihan melalui transaksi jual beli dari pemda dan warga," ujarnya tanpa merinci.

Benda peninggalan yang dipasang di rumah si Pitung menurutnya sudah berupa replika. Benda asli, lanjutnya, sudah hancur karena berbagai faktor.

Pada 2010, rumah si Pitung yang berdiri di lahan 150 meter persegi dari total lahan 2.500 meter persegi itu dipugar. Tiang kaki dan genteng rumah panggung diganti. Bagian kaki sudah keropos karena termakan usia dan cuaca.

"Sebagian ada yang rapuh dan keropos. Tiang-tiang di bawah pada baru. Setelahnya, sampai di loteng masih asli," ujar Farhan.

Pengunjung naik-turun

Kompas.com/Robertus Belarminus Rumah si Pitung di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Sejarah membuat rumah ini menjadi salah satu bahan untuk pelajaran sekolah. Maka, pelajar merupakan kelompok yang sering mendatangi rumah ini.

Pada akhir pekan, kata Farhan, pengunjung bisa mencapai 200 sampai 300-an orang. Namun, pada hari biasa pengunjung bisa hanya belasan orang.

Meski demikian, lokasi bersejarahn ini cukup ramai dengan kunjungan. Setidaknya, selama September 2014 ada 3.000-an pengunjung datang ke satu dari 12 tujuan wisata pesisir utara Jakarta tersebut.

Sebagai penambah daya tarik, beragam pentas khas Betawi digelar di pelataran Rumah Si Pitung. Antara lain ada lenong, marawis, dan kembong keromo. Beberapa komunitas juga menggelar acara di tempat ini.

Belum lagi, ada juga wisata ke Masjid Al Alam, yang berada di luar kompleks Rumah Si Pitung, tetapi disebut sebagai tempat sang pendekar Betawi itu pernah menjalankan shalat.

Farhan berharap ada tambahan perhatian dari meningkatnya jumlah pengunjung Rumah Si Pitung ini. Lokasi parkir, sebut dia, menjadi salah satu kebutuhan sekarang. 

Di sekitar rumah ini, kata Farhan, memang telah tersedia lapak parkir seluas beberapa ratus meter. Namun, ujar dia, para pengunjung yang menumpang sepeda motor masih saja masuk ke area Rumah Si Pitung.

"Kesan tempat sejarah ini menjadi tak elok dengan jejeran motor," ujar Farhan. Dia berharap, lapak parkir yang sudah ada dapat dipindah ke lahan sebuah empang di depan Rumah si Pitung itu. "Biar bisa diuruk, maunya depan pos situ," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larangan 'Study Tour' ke Luar Kota Berisiko Tinggi, Tuai Pro Kontra Orangtua Murid

Larangan "Study Tour" ke Luar Kota Berisiko Tinggi, Tuai Pro Kontra Orangtua Murid

Megapolitan
Dalam 5 Bulan, Polisi Sita 49,8 Kg Sabu dari 12 Tersangka

Dalam 5 Bulan, Polisi Sita 49,8 Kg Sabu dari 12 Tersangka

Megapolitan
Casis Bintara Jadi Korban Begal di Kebon Jeruk, Jari Kelingkingnya Nyaris Putus

Casis Bintara Jadi Korban Begal di Kebon Jeruk, Jari Kelingkingnya Nyaris Putus

Megapolitan
Keluarga Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Berencana Bawa Kasus Donasi Palsu ke Polisi

Keluarga Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Berencana Bawa Kasus Donasi Palsu ke Polisi

Megapolitan
Gagal Tes dan Terluka karena Begal, Casis Bintara Ini Tes Ulang Tahun Depan

Gagal Tes dan Terluka karena Begal, Casis Bintara Ini Tes Ulang Tahun Depan

Megapolitan
Indra Mau Tak Mau Jadi Jukir Liar, Tak Tamat SMP dan Pernah Tertipu Lowongan Kerja

Indra Mau Tak Mau Jadi Jukir Liar, Tak Tamat SMP dan Pernah Tertipu Lowongan Kerja

Megapolitan
Casis Bintara Dibegal Saat Berangkat Psikotes, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Casis Bintara Dibegal Saat Berangkat Psikotes, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Megapolitan
Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Megapolitan
Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Megapolitan
Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati 'Pak Ogah' hingga Oknum Polisi

Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati "Pak Ogah" hingga Oknum Polisi

Megapolitan
Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Megapolitan
Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang 'Random'

Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang "Random"

Megapolitan
Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Megapolitan
Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com