Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gadis Tionghoa: Ahok Bodoh kayak Naruto!

Kompas.com - 13/11/2014, 15:14 WIB

Petricia Yuvita: Pindah ke Japan Pak!! Tapi, di pegunungan biar gak kena tsunami
Saya: Ikuuut

Petricia Yuwita: Kemon Pak. Makan sushi bareng kita!
Kadang saya kesal sekali Pak, apalagi kalau mendengar komentar2 seperti China pergi saja dari Indonesia, China gak pantas memimpin, murtad China, dan laknat China dll. Mana Bhinneka Tunggal Ika?

Saya: Saat ini Ahok bagi etnis Tionghoa dipandang sebagai figur macam apa?

Petricia: Mungkin figur yang bodoh. Why? Karena Ahok adalah satu di antara sekian ribu orang etnis Tionghoa yang rela dicaci maki demi kelangsungan negara yang lebih baik, di saat etnis Tionghoa sudah putus asa dan merasa lebih baik tidak usah mencampuri negara karena sudah bobrok pula dan penuh koruptor... lebih baik menjalani bisnis saja. Namun, Ahok justru ngotot membangun Jakarta agar bisa bebas dari korupsi dan membuktikan bahwa dia memang bekerja untuk rakyat walau dicaci maki sehingga etnis Tionghoa pun yang tadinya pesimis akan Jakarta yang lebih baik dan yang tadinya memilih menutup mata, sekarang lebih optimis dan diam-diam membela Ahok dan memujinya. Jadi, saya akan bilang, figur Ahok itu seperti Naruto, ''si bodoh" yang keyakinannya bisa mengubah dunia. Hahaha udah kayak komik aja ya Pak?

Saya: Pembelaan macam apa yang kalian berikan untuk Ahok ketika dia ditekan seperti sekarang ini?
Petricia Yuvita: Mungkin bukan pembelaan ya, tapi support atau dukungan, moril dan doa.

Saya: Ada pembelaan yang riil ga?

Petricia Yuvita: Karena yg Ahok butuhkan bukanlah orang yang membela atau berani mati untuknya, namun orang yang akan mengingatnya dan meneruskan jejaknya ketika dia sudah tidak bisa bergerak lagi. Pembelaan riil, bukti konkrit ya Pak? Seperti demo atau bukti tindakan gitu?
Saya: Iya, semacam itu.
Petzie lama menjawab, ada sekitar sepuluh menit.

Saya: Jawab dong, lama banget...
Petricia Yuvita: Bentar Pak, saya lagi make make up hihi. Bentar ya...

Saya biarkan beberapa saat. Kemudian...

Petricia Yuvita: Dari etnis Tionghoa yang saya liat yah, tidak akan ada atau mungkin untuk sekarang tidak ada tindakan yang seperti demo gitu si Pak. Karena bukan sifat orang Tionghoa untuk melakukan hal seperti itu. Dari yang saya lihat sih, sampai nanti saatnya sudah muak sekali, baru akan ada demo besar. Apalagi dengan latar belakang 1998 yang notabene ras Tionghoa kan dibabat habis di saat itu. Sakit hati dari zaman itu sepertinya tidak pernah bisa hilang sepenuhnya. Jadi etnis Tionghoa tidak akan menggelar demo, kecuali pada saatnya nanti apabila sudah tidak ada jalan lain, mungkin baru ada penggelaran demo. Namun melihat ribetnya, menurut saya si kemungkinannya kecil yah karena orang Tionghoa lebih melihat diri mereka saja sudah bisa hidup aman dan nyaman saja sudah bagus, ngapain mencampuri urusan negara yang belum tentu opininya didengar.

Saya: Selain Ahok, kenal tokoh Tionghoa yg segila Ahok ga?
Petricia Yuvita: Well yang segila Ahok si belum denger ya Pak, Tapi bibit-bibit Ahok si ada, cuma gak segila ahok untuk bisa jadi gubernur. Kebanyakan baru memulai menjadi DPRD namun berguguran karena kurang dana atau ditolak masyarakat.

Saya: Menurutmu, mengapa Ahok diterima oleh mereka yg bukan keturunan Tionghoa?

Petricia Yuvita: Hmmm karena beliau berani mendobrak kebiasaan dan tata cara yg sudah ada di Indonesia slama ini. Seperti, pemimpin harus Islam, pemimpin harus bisa menjaga hubungan dengan mayoritas dan minoritas, pemimpin harus berjilbab atau memakai peci dll. Ahok berani melewati semua itu dan bekerja keras demi membangun kota yang ia pimpin. Walau kita tidak tahu bagaimana Ahok bertahan dengan maraknya kasus korupsi dan pastinya godaan banyak. Ahok bisa mengedepankan pekerjaan yg dulu ditakuti oleh sebagian besar masyarakat. Bahkan, melawan FPI, sesuatu yang tidak pernah tercatat dalam sejarah.

Ahok juga berani menantang mereka untuk bekerja dan melakukan tugasnya secara baik dan total. Dan saya yakin serta tahu, apabila semua masyarakat (tidak tergolong agama dan ras), melihat kerja keras seperti itu, dan dengan ketegasan yang dibutuhkan, akan mendukung beliau. Karena yang beliau ingin lakukan hanyalah memajukan kota, terlepas dari bagaimana caranya dan apakah caranya dterima atau tidak, Ahok mampu membuktikan bahwa dia tidak hanya bicara dan bicara namun memang bekerja secara tegas dan lugas. Dan menurut saya justru pemimpin keras itulah yang diperlukan Jakarta karena jakarta itu keras, bung!=)) Come on man, let the guy do his work! Pemimpin apapun, beragama apapun, percuma kalau ujung-ujungnya korupsi dan mementingkan kepentingan pribadi saja...

Saya: Banyak orang yang menyayangi Ahok, dan mungkin rela mati buat Ahok jika dia diperlakukan tidak adil, bagaimana denganmu?

Petricia Yuvita: Hmmm. Saya sayang Pak sama ahok. Namun untuk rela mati..hmmmm, akan lebih baik dan bijak apabila kita membela dan melakukan yang terbaik untuk Ahok dan benar-benar bertindak daripada hanya berbicara kan? Karena rela mati untuk seseorang itu sesuatu yang tidak sembarangan. Saya rela mati untuk orangtua saya dan orang yang saya sayang.

Saya: Iya, itu kan cuma ibarat. Karena membela kebenaran juga sesuatu yang mulia di hadapan Tuhan, bukan?

Petricia Yuvita: Yahhh kalau dibilang si, saya rela Pak membela mati-matian Pak Ahok. Tapi tidak sampai saya meregang nyawa hihi...

Saya: Iya iya, rela pingsan aja deh kalo begitu
Petricia Yuvita: Hahahhaha. Rela aku relaaa Paaak hihi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com