Siti Soleha (36), warga Jalan Tendean, Jakarta Selatan, melahirkan anaknya, Rabu (10/12). Puskesmas Mampang menjadi pilihannya. Tidak beda dengan pelayanan di rumah sakit, Siti mendapatkan pelayanan prima oleh tenaga kesehatan yang andal plus obat yang memadai.
”Saya pemegang kartu BPJS jadi semua gratis. Kalau melahirkan di rumah sakit belum tentu diterima. Takutnya malah dirujuk ke rumah sakit lain,” kata Siti, yang selama hamil juga memeriksakan kandungan di Puskesmas Mampang.
Watini (30) juga merasakan ketangkasan petugas di puskesmas. ”Petugas langsung menangani anak saya dengan cepat. Demam anak saya mulai membaik. Beberapa hari lalu saya membawa anak ke rumah sakit yang biayanya mahal
malah tidak sembuh,” kata warga Pondok Karya, Kelurahan Kramat Pela, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, ini.
Emiredi (38) mengapresiasi pelayanan puskesmas yang lebih tertib dan lebih cepat. Berkali-kali Emiredi memanfaatkan Kartu Jakarta Sehat (KJS) untuk berobat di Puskesmas Pademangan, Jakarta Utara. Sopir angkot trayek Pademangan-Kota ini merasa, berobat di puskesmas sudah memadai.
”Kalau (puskesmas) mau dijadikan RS lebih bagus lagi. Saya lebih memilih berobat di sini (puskesmas) daripada di rumah sakit umum yang terlalu ramai, dan antrenya lama,” kata Emiredi, saat ditemui tengah mengantar anak sulungnya berobat.
Hal senada diungkapkan Musrofa (35). Dia merasa lebih nyaman berobat di Puskesmas Pademangan setelah puskesmas ini selesai direnovasi Maret lalu. Beberapa bulan terakhir, puskesmas tidak penuh lagi karena sistem pendataan pasien lebih tertib.
Selain itu, kata Musrofa, pelayanan puskesmas kini tidak pandang bulu dan lebih merata ke pasien. Saat pemberlakuan KJS, pelayanan puskesmas belum prima. Pasien masih harus mengantre lama. Belum lagi gedung puskesmas yang tidak terawat dan kotor. Orang juga seenaknya merokok di area puskesmas. Musrofa bersyukur, pelayanan kesehatan yang baik ada di dekat rumahnya sehingga dia bisa menghemat ongkos saat mengakses pelayanan kesehatan tersebut.
Klinik dan telepon
Warga di rumah susun juga dimudahkan dengan adanya fasilitas klinik di rusun. Salah satunya di Rusun Marunda, Jakarta Utara.
Meski peralatan dan fasilitas masih terbatas, klinik di Rusun Marunda ini diadakan untuk mendekatkan pelayanan ke ratusan warga penghuni rusun dan warga di sekitar rusun ini.
Penanggung Jawab Klinik dan Rumah Bersalin Rusunawa Marunda, dr Dwi Hastuti menuturkan, mereka membuka layanan selama 24 jam sehari, dan tujuh hari seminggu. ”Rata-rata ada 70 pasien per hari yang tak hanya berasal dari warga rusun, tapi juga warga sekitar. Apalagi, puskesmas dan RS cukup jauh dan moda transportasi dari lokasi ini kurang,” kata Dwi.
Terkait fasilitas, tambahnya, sejauh ini telah mencukupi. Meski bangunan masih menumpang di rusun dan sering bocor, pelayanan tidak begitu terganggu. Namun, yang masih dibutuhkan adalah penambahan sejumlah peralatan kesehatan.
Di sisi lain, status klinik sejauh ini belum jelas karena masih menginduk di bawah puskesmas terdekat. Para pegawai/tenaga medisnya pun berstatus pegawai tenaga kontrak. Dwi berharap, pengembangan klinik bisa lebih cepat karena juga berkaitan dengan proses pelayanan yang lebih maksimal.
Layanan telepon 119 juga menjadi ujung tombak agar masyarakat bisa menanyakan ketersediaan tempat tidur kelas 3, serta ruang khusus sesuai standar BPJS Kesehatan bagi pasien dengan penyakit kritis.