Hari Kamis (15/1), misalnya, cuaca cerah dan tidak ada hujan di wilayah Jakarta. Sementara itu, hujan turun beberapa kali dengan berbagai intensitas dalam sehari setidaknya pada Senin hingga Rabu sebelumnya.
”Tidak hanya di Jakarta dan sekitarnya. Dampak cuaca panas juga terjadi di Jawa ke arah timur, hingga Bali dan Nusa Tenggara,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mulyono R Prabowo di Jakarta, Jumat.
Menurut Mulyono, angin dari belahan bumi selatan lebih kuat sehingga mendesak angin dari belahan bumi utara untuk bergeser lebih ke utara di garis pertemuan dua massa udara (intertropical convergence zone). Angin belahan bumi selatan berembus dari barat ke timur.
Pusat tekanan rendah
Pemicu kondisi itu adalah terdapat pusat tekanan tinggi di lautan sebelah barat Australia dan pusat tekanan rendah di Darwin, Australia. Akibatnya, angin dari barat Australia bergerak secara kuat ke arah pusat tekanan rendah dan menimbulkan angin yang mencapai Jawa hingga Nusa Tenggara.
Kecepatan angin mencapai 25-30 knot, sedangkan kecepatan angin rata-rata 15 knot. Bahkan, lanjut Mulyono, kondisi cuaca panas sempat terjadi seminggu di Nusa Tenggara karena begitu kuatnya angin dari belahan bumi selatan. ”Karena angin bersifat kering, awan hujan sulit terbentuk. Suhu menjadi sekitar 31 derajat celsius, sedangkan saat hujan berkisar 27-28 derajat celsius,” ujarnya.
Namun, kondisi tersebut tidak terjadi sepanjang hari. Akibatnya, cuaca panas terik bisa berganti ke hujan dalam sehari dengan perbedaan suhu yang signifikan. Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab mengatakan, perbedaan cuaca bisa terjadi pada musim apa pun mengingat adanya variabilitas cuaca.
Berdasarkan pantauan, Jumat, pusat tekanan tinggi di lautan barat daya Australia bertekanan udara 1.025 milibar, sedangkan pusat tekanan rendah di Darwin 1.005 milibar. Menurut Fachri, angin dari belahan bumi selatan kemungkinan tidak dominan lagi mulai Sabtu sehingga potensi hujan lebih besar. (J Galuh Bimantara)
JAKARTA, KOMPAS — Warga Jakarta dan sekitar- nya merasakan kondisi cuaca yang berganti-ganti, dari hujan hampir sepanjang hari menjadi panas terik. Padahal, secara umum, wilayah Indonesia bulan ini sedang dalam puncak musim hujan. Penyebabnya adalah angin dari belahan bumi selatan yang kering dominan dan mendesak angin dari belahan bumi utara yang basah.
Hari Kamis (15/1), misalnya, cuaca cerah dan tidak ada hujan di wilayah Jakarta. Sementara itu, hujan turun beberapa kali dengan berbagai intensitas dalam sehari setidaknya pada Senin hingga Rabu sebelumnya.
”Tidak hanya di Jakarta dan sekitarnya. Dampak cuaca panas juga terjadi di Jawa ke arah timur, hingga Bali dan Nusa Tenggara,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mulyono R Prabowo di Jakarta, Jumat.
Menurut Mulyono, angin dari belahan bumi selatan lebih kuat sehingga mendesak angin dari belahan bumi utara untuk
bergeser lebih ke utara di garis pertemuan dua massa udara (intertropical convergence zone). Angin belahan bumi selatan berembus dari barat ke timur.
Pemicu kondisi itu adalah terdapat pusat tekanan tinggi di lautan sebelah barat Australia dan pusat tekanan rendah di Darwin, Australia. Akibatnya, angin dari barat Australia bergerak secara kuat ke arah pusat tekanan rendah dan menimbulkan angin yang mencapai Jawa hingga Nusa Tenggara.
Kecepatan angin mencapai 25-30 knot, sedangkan kecepatan angin rata-rata 15 knot. Bahkan, lanjut Mulyono, kondisi cuaca panas sempat terjadi seminggu di Nusa Tenggara karena begitu kuatnya angin dari belahan bumi selatan. ”Karena angin bersifat kering, awan hujan sulit terbentuk. Suhu menjadi sekitar 31 derajat celsius, sedangkan saat hujan berkisar 27-28 derajat celsius,” ujarnya.
Namun, kondisi tersebut tidak terjadi sepanjang hari. Akibatnya, cuaca panas terik bisa berganti ke hujan dalam sehari dengan perbedaan suhu yang signifikan. Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab mengatakan, perbedaan cuaca bisa terjadi pada musim apa pun mengingat adanya variabilitas cuaca.
Berdasarkan pantauan, Jumat, pusat tekanan tinggi di lautan barat daya Australia bertekanan udara 1.025 milibar, sedangkan pusat tekanan rendah di Darwin 1.005 milibar. Menurut Fachri, angin dari belahan bumi selatan kemungkinan tidak dominan lagi mulai Sabtu sehingga potensi hujan lebih besar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.