Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bocah Aditya Pria Ramadan Tiga Tahun Berjuang Lawan Kanker Darah

Kompas.com - 06/02/2015, 17:04 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Jenis kanker yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan paling ditakuti adalah leukemia atau kanker darah. Hal itu pula yang dirasakan oleh Aditya Pria Ramadan (7). Aditya mengidap penyakit tersebut sejak tiga tahun lalu.

Perjuangan panjang Aditya selama masa kritis dan pemulihan yang telah dilalui tiga tahun belakangan tidak selalu berjalan manis. Anak pertama dari pasangan Gunadi (40) dan Sadah Hodijah (32) ini pertama kali mengalami gejala-gejala leukemia saat bulan Januari 2012.

Saat itu, Aditya atau yang biasa dipanggil Adit masih berumur empat tahun. Gejala pertama yang ditemukan oleh ayahnya, Gunadi, adalah suhu badan yang tinggi seperti demam disertai batuk dan pilek.

"Waktu itu, Adit panas sekali badannya. Saya langsung bawa ke rumah sakit, di Rumah Sakit Usada Insani," kata Gunadi kepada Kompas.com di kediamannya di Kampung Parigi, Curug, Tangerang, Jumat (6/2/2015).

Sesampainya di rumah sakit, Adit pun menjalani perawatan. Setelahnya, dia didiagnosa terkena penyakit anemia aplastik, yaitu sebuah kondisi yang terjadi ketika tubuh berhenti memproduksi sel darah baru.

Bagi orang yang terkena penyakit ini, berisiko tinggi mengalami infeksi dan pendarahan yang tidak terkontrol. Namun, karena keterbatasan alat, Adit pun dirujuk ke rumah sakit lain. Pilihan jatuh pada Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.

Berbeda dengan yang disampaikan di rumah sakit sebelumnya, kali ini, Adit didiagnosa terkena penyakit thalasemia. Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang disebabkan kurangnya produksi hemoglobin (sel darah merah) karena kerusakan gen dalam tubuh.

Penyakit ini termasuk banyak di Indonesia. Dirasa masih memiliki keterbatasan penanganan pasien, Adit pun dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Pada akhirnya, keluarganya tahu kalau Adit mengidap kanker darah atau leukemia.

Menurut Gunadi, berdasarkan penjelasan dokter, ada jenis-jenis leukemia, dan Adit mengidap jenis yang paling ganas.

"Kata dokter ada leukemia CML (Chronic Myelogenous Leukemia), ALL (acute lympoblastic leukemia), dan AML (acute myelogenous leukemia). Adit kena yang AML. Biasanya, teman-temannya di Cipto yang kena leukemia juga enam bulan sudah lewat (meninggal)," ucap Gunadi.

Sejak saat itu, kondisi berubah. Selama 1,5 tahun berjalan, merupakan masa kritis Adit. Gunadi yang bekerja di perusahaan kelapa sawit di Kalimantan Tengah pun terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya agar dapat setiap saat menemani Adit di rumah sakit.

Gunadi yang merupakan karyawan tetap di perusahaan tersebut sebelumnya pernah memberi tahu soal kondisi anaknya, tetapi perusahaan tidak memberikan uang pesangon. Dengan kondisi seadanya saat itu, Gunadi bersama istri mulai membiayai perawatan Adit.

Untuk kemoterapi, biaya awal sudah sampai Rp 50 juta lebih. Uang tabungan pun pertama-tama hampir digunakan semua. Tetapi, perawatan tidak sampai di sana. Adit harus menjalani proses lainnya sampai lima tahun lamanya.

Dalam perjalanan menuju tahun kedua perawatan, Gunadi mulai kesulitan biaya. Harta benda satu per satu mulai dijual. Mobil Toyota Avanza bekas yang baru dibeli dua bulan dan sepeda motor Honda Beat pun rela dijual demi biaya perawatan Adit.

Harta benda lainnya termasuk perhiasan dan barang-barang lain miliknya yang ada di rumah. Gunadi bersama istri, Adit, dan adiknya Kiki (1) tinggal di rumah milik ibu Gunadi di Kampung Parigi, Curug, Tangerang.

Rumah tersebut merupakan rumah keluarga besar yang juga ditinggali oleh saudara-saudara Gunadi.

Mereka, para kerabat, ikut membantu Gunadi tetapi hanya semampu mereka saja. Waktu terus berjalan, dan biaya yang dibutuhkan masih banyak.

Akhirnya, muncul keinginan Gunadi untuk menjual organ tubuhnya. Dia pun telah menandatangani surat perjanjian dengan salah satu rumah sakit di Jakarta untuk mendonorkan kornea matanya saat dia meninggal nanti.

Selain itu, dia juga sudah memuat posting-an di Facebook untuk mencari siapa yang bersedia membayar ginjal miliknya.

Posting tersebut sudah ada tujuh bulan yang lalu dan besok Gunadi akan bertemu peminat tawaran ginjalnya untuk pertama kali.

"Untuk anak, saya lakukan semuanya. Kalau perlu, saya tukar nyawa saya supaya anak saya bisa hidup," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Megapolitan
Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Megapolitan
Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Megapolitan
Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Megapolitan
NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

Megapolitan
Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Megapolitan
Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Megapolitan
Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Megapolitan
Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Megapolitan
'Call Center' Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

"Call Center" Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

Megapolitan
Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Megapolitan
Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Megapolitan
Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Megapolitan
KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

Megapolitan
Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com