Pada awal tahun 1990-an, daerah ini dikenal sebatas pusat penjualan kain kiloan yang digelar di pekarangan rumah warga. Sekarang, sentra-sentra penjualan aneka jenis tekstil bisa ditemukan di sepanjang 2 kilometer kawasan dengan nama resmi Jalan Wahid Hasyim tersebut.
Mau mencari benang, aksesori yang terkait dengan fashion, mulai dari berbagai ukuran retsleting, kancing, sampai pakaian anak hingga dewasa. Juga peralatan shalat, handuk, keset, hingga bed cover, gorden, dan karpet, semua ada di sini.
Cobalah menjelajah kawasan Cipadu. Ada banyak pedagang yang menjual beraneka bahan kain. Mulai dari bahan jenis katun berbahan serat kapas 70 persen (katun caded) dan halus (combed), viscose (bahan kain halus, licin, dan lentur yang sering digunakan untuk busana pesta, casual wear, lingerie, underwear, sampai jaket), dan katun viscose (campuran katun dan viscose).
Tersedia juga bahan kain spandex (elastis/sebagai pengganti karet untuk bahan pakaian renang, olahraga, dan tari), cashmere (bahan kain tergolong mewah), jersey (kain yang sering digunakan untuk seragam klub bola), denim (bahan jins), serta rayon (mirip dengan katun, bahan yang terbuat dari polimer organik).
Di sini pun ada bahan kain sifon (bahan dasar kapas, sutra, dan serat sintetis, hycon (mirip sifon), voile (mirip dengan rayon), brukat, twistcone (mirip sifon tetapi lebih tebal), dan wedges (bahan tebal dan kaku biasanya digunakan untuk blazer, pakaian kerja, dan formal).
Kain kiloan
”Mau cari kain apa saja, pasti ada di sini,” kata Baihaki (35), pedagang kain kiloan di kawasan Plaza BRI, Cipadu, Minggu (22/2). Namun, kain kiloan tetaplah ciri khas Cipadu yang tidak lekang hingga saat ini. Meskipun demikian, keberadaan penjual kain kiloan memang tidak sebanyak 10-20 tahun silam.
Plaza BRI adalah salah satu sentra di Cipadu yang para pedagang di dalamnya bertahan menjual kain kiloan. Plaza BRI terletak setelah Pasar Cipadu, dari arah Kreo (Kota Tangerang) menuju Jurang Mangu (Tangerang Selatan).
Baihaki lima tahun terakhir membantu mertuanya, Mohammad (60), berjualan kain kiloan di Toko Jatipranje di Cipadu. Mohammad sendiri membuka tokonya pada Februari 2003.
Mohammad, yang tak mampu membayar sewa kios di Blok A Tanah Abang setelah renovasi pasca kebakaran, bersama sejumlah pedagang kain asal Cirebon, Jawa Barat, hijrah ke Cipadu. Jika sebelumnya mereka menjual kain meteran di Tanah Abang, kini sebagian besar menjual kain kiloan di Cipadu.
Harga jual bahan kain kiloan mulai dari Rp 25.000 per kilogram (kg) hingga Rp 100.000 per kg. Bahan kain ukuran 1 kg minimal bisa untuk membuat dua pakaian, bergantung ukuran dan ketebalan kain.
”Saya sering datang ke Cipadu untuk membeli bahan kain buat seragam keluarga saat Lebaran atau acara khusus,” kata Ny Chaeruddin (50), warga Jatiwaringin, Jakarta Timur.
Ny Chaeruddin lebih suka berbelanja di Cipadu karena tidak seramai dan semacet saat berbelanja di Pasar Tanah Abang. ”Di sini saya lebih leluasa memilih bahan kain. Dan, bahan dan warna kain, sampai bahan jins yang saya cari selalu tersedia,” ujar perempuan yang tujuh tahun terakhir menjadi pelanggan Cipadu.
Harga miring
Di kawasan Cipadu tersedia 10 titik sentra tekstil. Yang paling terkenal dan menjadi tujuan utama berbelanja adalah Pasar Cipadu. Pasar ini merupakan cikal-bakal pasar grosir tekstil di Jalan Wahid Hasyim. Kios-kiosnya berderet rapi dan saling berhadapan.
Seiring makin dikenalnya Cipadu, pengunjung makin banyak, dan kawasan ini sering kali penuh sesak. Lahan parkir terkadang tak mencukupi.
Meskipun demikian, daya tarik dari harga miring yang ditawarkan selalu mampu menggaet konsumen. Kemeja batik dan baju-baju muslim dijual Rp 30.000-Rp 150.000 per potong. Adapun harga sprei Rp 125.000-Rp 200.000 per paket. Sprei dan bed cover Rp 200.000-Rp 350.000 per paket.
Untuk kain gorden, harga jual termasuk ongkos jahit mulai Rp 25.000-Rp 95.000 per potong. Aneka renda mulai Rp 5.000-Rp 25.000 per meter.
Haji Muali
Dalam buku Selayang Pandang Kota Tangerang yang dibuat Pemerintah Kota Tangerang, September 2013, disebutkan Pasar Tektil Grosir Cipadu ini boleh saja disebut sebagai penjiplak Pasar Grosir Tekstil Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Namun, sejak lima tahun terakhir, keberadaan pasar ini mewarnai transaksi jual beli dalam dunia pertekstilan di Indonesia. Sejumlah pedagang mengatakan, mereka kedatangan pembeli dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.
Dengan demikian, Pasar Cipadu ini telah mampu menyejajarkan dirinya dengan Pasar Tanah Abang. Salah satu penyebabnya adalah kualitas dan harga barangnya tidak jauh berbeda dengan Pasar Tanah Abang.
Dari berbagai sumber, diketahui bahwa pasar ini lahir secara tidak terencana. Pasar awalnya dikelola para pemilik tanah yang umumnya penduduk asli Betawi, dan kios yang sedari dulu ada di sana.
Salah satu yang cukup sering disebut adalah Haji Muali. Muali adalah pemilik tanah serta punya usaha kontrakan. Ketika bisnis kontrakannya maju, Muali membangun Masjid Jami Baitul Muta’alli pada 1988. Setelah menjalani masa pembangunan selama dua tahun, pada tahun 1990 tuan tanah ini mulai mengalami kesulitan pendanaan perawatan masjid itu.
Langkah yang diambil Muali kemudian adalah membuat 24 kios dagang di depan masjid. Di situ ia berdagang tekstil dan selanjutnya menyewakan kiosnya bagi yang berminat.
Pada tahun 1996, kawasan Cipadu mulai dikenal sebagai pasar karena ramai dan ada transaksi jual-beli. Pasar ini semakin ramai setelah sebagian eks pedagang Blok A Tanah Abang pindah ke Cipadu pasca kebakaran di Blok A Pasar Tanah Abang tahun 2003 lalu.
Menarik kisah sejarahnya, menarik pula iming-iming berbagai produk yang ditawarkan. Yuk, jalan-jalan ke Cipadu. (PINGKAN ELITA DUNDU)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.