Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejabat Lelang DKI Buka Suara soal UPS Seharga Miliaran Rupiah

Kompas.com - 03/03/2015, 16:01 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 49 alat pengadaan perangkat penyedia daya listrik atau uninterruptible power supply (UPS) diduga dibeli dengan harga tidak wajar pada tahun 2014.

Padahal, pada tahun tersebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membentuk lembaga yang khusus mengurus masalah lelang barang dan jasa, yakni Unit Layanan Pengadaan (sejak Januari 2015, berubah nama menjadi Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa).

Kepala BPPBJ Irvan Amtha menilai, terjadinya dugaan penggelembungan anggaran pengadaan UPS pada 2014 disebabkan terlalu luasnya rentang kendali ULP. Ketika itu ULP harus mengawasi seluruh kegiatan proyek yang jumlahnya mencapai 6.000 kegiatan.

Irvan menilai, keadaan tersebut membuat Kepala ULP saat itu, I Dewa Gede Sony Aryawan, tak bisa mengawasi kinerja bawahannya (kelompok kerja atau pokja).

"Dulu hanya ada satu ULP, tetapi pokjanya begitu banyak. Akibatnya, rentang kendali yang dimiliki Kepala ULP terlalu luas karena dia harus mengawasi 6.000 kegiatan lelang," kata Irvan kepada Kompas.com, Selasa (3/3/2015).

Menurut Irvan, terhitung sejak perubahan nomenklatur ULP menjadi BPPJP, saat ini sudah ada tujuh Unit Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (UPPBJ).

UPPBJ berlokasi di enam wilayah administrasi yang ada di Jakarta dan yang satunya lagi di Balai Kota. [Baca: Penjelasan Kenapa Perusahaan dengan Alamat Fiktif Bisa Menang Lelang UPS]

Irvan yakin perubahan tersebut akan bisa mencegah upaya penggelembungan anggaran proyek. Ia berharap kejadian serupa dengan pengadaan UPS pada tahun 2014 tak akan lagi terulang.

Sebab, kata Irvan, seluruh kegiatan proyek yang diajukan oleh suku dinas di wilayah-wilayah bisa dilakukan langsung oleh UPPBJ di wilayah tersebut.

Dengan demikian, tak akan lagi rentang kendali yang terlampau luas sehingga bisa memudahkan proses pengawasan.

"Satu UPPBJ paling banyak cuma mengurus 2.000 kegiatan, rata-rata 1.000. Jadi bisa fokus. Kepala BPPBJ mengawasi. Kalau ada sesuatu yang tidak benar, dia berhak mengganti kepala UPPBJ-nya," ujar Irvan.

Seperti diberitakan, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama membeberkan dugaan korupsi yang terjadi di Dinas Pendidikan pada 2014.

Dugaan korupsi yang dilakukan adalah melalui pengadaan UPS di sekolah-sekolah yang ada di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.

Satu UPS dibeli dengan harga Rp 5,3 miliar-Rp 5,8 miliar per unit, yang sangat jauh dari harga yang beredar di pasaran. Adapun potensi kerugian negara yang terjadi mencapai Rp 330 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com