Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2015, 15:13 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Polemik antara Pemprov dan DPRD DKI Jakarta terkait APBD tahun 2015 belum usai. Eksekutif tengah bersiap melaksanakan anggaran dengan peraturan gubernur sebagai dasar hukum. Sementara legislatif terus menggulirkan angket. Kekisruhan ini tak hanya berdampak buruk pada kinerja birokrasi, tetapi juga pada warga ibu kota Jakarta.

Hingga akhir triwulan I-2015, penyerapan anggaran diperkirakan baru 3 persen, antara lain untuk gaji pegawai. Padahal, idealnya 10 persen, lalu 20 persen pada triwulan kedua. Namun, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat melihat ada hikmah di balik kisruh anggaran tiga bulan terakhir. Berikut petikan wawancara dengan Djarot di Balai Kota Jakarta, Rabu (25/3).

Berapa lama peraturan gubernur tentang APBD selesai?

Tim Kementerian Dalam Negeri sedang lembur. Paling tidak seminggu. Setelah itu langsung bisa dipakai. Kami tidak ingin berlama-lama. Harus ada APBD supaya pelayanan masyarakat dan pembangunan tak terhenti. Harus ada kepastian hukum dan SKPD (satuan kerja perangkat daerah) bisa segera mengeksekusi program. Lelang sudah jalan prosesnya. SPK (surat perintah kerja) menyusul.

Bagaimana peran Anda dalam situasi ini sebagai kader partai sekaligus wakil gubernur?

Kita harus membangun budaya pemerintahan yang baik. Jangan sampai antara kepala daerah dan wakilnya bertikai di tengah jalan, apalagi sampai pisah. Keduanya adalah satu. Hubungan dengan mitra juga harus dibangun dengan baik. Wakil gubernur harus mendukung kebijakan gubernur. Posisi saya, dulu diajukan dan dilantik oleh gubernur atas persetujuan ketua umum (PDI-P) karena saya kader partai.

Saya tak ingin di posisi yang terus-menerus pro-kontra karena tidak produktif. Korbannya tak hanya birokrasi di Pemprov DKI, tetapi juga publik.

Bagaimana proses penetapan APBD selama ini?

Saya masuk Desember 2014 saat APBD hampir selesai karena proses dimulai sejak Maret 2014. Namun, saat itu ada "turbulensi" sehingga penetapannya terlambat. Tetapi, kejadian itu memberikan hikmah. Saya baru tahu bahwa proses perencanaan dan penganggaran DKI Jakarta selama ini tidak sehat dan tidak baik. Kadang sesuai prosedur, tetapi substansinya belum. Idealnya, akhir Desember 2014 atau awal Januari 2015 sudah selesai.

Mestinya fokus. Ini kelemahan di birokrasi ataupun di dewan. Ada kebiasaan buruk birokrasi dalam penyusunan APBD, yakni copy paste, miskin inovasi, ambil anggaran tahun sebelumnya, lalu memasukkannya ke anggaran sekarang.

Legislatif seharusnya rajin juga turun ke masyarakat dan terlibat dalam proses, mulai dari musrenbang tingkat kelurahan, ke kecamatan, kota, hingga provinsi. Dengan demikian, dia bisa cek, apakah aspirasi masyarakat atau konstituennya masuk atau tidak. Eksekutif juga harus demikian sehingga tidak saling menyalahkan. Ini demi menghindari anggaran (ter)duplikasi dan mubazir.

Apa pelajaran dari situasi tiga bulan ini?

Penetapan pergub (sebagai dasar APBD tahun ini) adalah berkah. Diharapkan, proses penganggaran lebih baik dan sehat. Kami konsentrasi ke tahun 2016. Kasus tahun 2015 sudah terjadi, dan mari kita kawal. Tahun depan harus lebih baik prosesnya. APBD DKI ini besar sekali. Jika dibiarkan terus seperti yang selama ini terjadi, banyak infrastruktur yang tak terbangun. Kini ada sekitar 40 persen bangunan sekolah yang butuh perbaikan, tetapi di sisi lain ada bangunan baru tetapi tidak berfungsi atau sebenarnya tak dibutuhkan masyarakat. Terminal Pulogebang bisa jadi contoh. Biaya pembangunannya ratusan miliar rupiah, tetapi sampai sekarang belum berfungsi.

Bagaimana pendapat Anda terkait e-budgeting?

E-budgeting itu hanya alat (tool) untuk evaluasi dan mengawasi anggaran. Selain pengawasan, alat ini diharapkan memperbaiki mutu isinya, sesuai prioritas atau tidak, tepat sasaran atau tidak, dan efektif atau tidak. Kita butuh alat itu karena mata anggaran di APBD DKI Jakarta mencapai puluhan ribu item. Teknologi memudahkan kita menelisiknya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com