Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2015, 15:17 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Penutupan jalan di pusat kota Jakarta terkait penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika, Rabu (22/4), memicu kemacetan luar biasa. Warga amat dirugikan, terlebih operasi angkutan publik pun dibatasi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta didesak memiliki manajemen lalu lintas dan kegiatan berskala besar yang lebih baik.

Saat ruas Jalan MH Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman ditutup polisi, arus lalu lintas di jalur-jalur yang terhubung padat dan macet, terutama pukul 07.00-08.00. Budi (43), tukang ojek di Stasiun Tanah Abang, mengatakan, arus kendaraan di Jalan Jatibaru, Jalan Abdul Muis, dan Jalan Veteran terhenti. Sebagian pengguna sepeda motor memilih masuk ke gang-gang kecil menuju tempat tujuan.

Pengguna angkutan kota juga terjebak macet. Mereka terpaksa jalan kaki dari beberapa stasiun, seperti Stasiun Sudirman, Gondangdia, dan Tanah Abang, menuju kantor di Kawasan Monas serta Thamrin-Sudirman. Sementara penumpang transjakarta, khususnya di Koridor I, kebingungan karena bus tak bisa melintas di jalur semestinya.

Direktur Institute for Transportation and Development Policy Indonesia Yoga Adiwinarto berpendapat, kota sebesar Jakarta idealnya memiliki manajemen lalu lintas dan penyelenggaraan kegiatan berskala besar yang lebih baik. Penutupan jalan utama selama beberapa jam pada jam sibuk sangat rentan memicu kemacetan.

"Angkutan umum seharusnya tidak boleh dihentikan apa pun alasannya. Jika keamanan jadi alasan, ya, seharusnya setiap bus dan halte dijaga petugas keamanan, bukan mengorbankan pengguna angkutan umum. Polisi bisa mempertimbangkan penutupan jalan hanya untuk kepala negara selama melintas atau setidaknya jalur lambat tetap bisa dilewati kendaraan umum," kata Yoga.

Menurut Yoga, pemerintah dan kepolisian perlu menghitung dampak yang ditimbulkan akibat penutupan jalan. Selain lalu lintas, denyut ekonomi juga harus dipertimbangkan. Terlebih, denyut Jakarta sangat ditentukan aktivitas industri swasta dan jasa. "Intinya, kepentingan warga jangan dikorbankan karena gelaran seperti konferensi," ujarnya.

Patut diingat, pada 2018 nanti Jakarta akan menjadi tuan rumah Asian Games. Jakarta juga bermimpi kotanya menjadi tujuan meeting, incentive, convention and exhibition. Tanpa pengaturan lalu lintas dan fasilitas angkutan publik yang memadai, kepentingan umum bisa kembali dikorbankan.

Pekerjaan rumah

Arianti (34) dan Anggara (35), karyawan swasta yang berkantor di sekitar Jalan Sudirman, mengeluhkan penutupan jalan. "Ini pekerjaan rumah bagi pemerintah agar ke depan bisa mengatur dan menyediakan transportasi untuk warga yang bekerja di sepanjang jalan yang ditutup, seperti penyediaan shuttle bus khusus pada hari penutupan jalan," kata Arianti.

Anggara menambahkan, pemerintah juga bisa memperbanyak park and ride yang dekat dengan stasiun supaya lebih banyak warga yang bisa naik kereta. "Sejauh ini hanya kereta yang bisa diandalkan jika jalan raya ditutup," katanya.

Operasional bus transjakarta yang menjadi andalan warga juga terimbas penutupan jalan. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Antonius NS Kosasih mengatakan, layanan bus transjakarta pada 22 April dan 23 April di Koridor I (Blok M-Kota), II (Pulogadung-Harmoni), dan IX (Pinang Ranti-Pluit) mengalami pengalihan rute.

"Perubahan rute berlaku pukul 06.00-09.00, 16.00-18.00, dan 19.00-22.00. Layanan akan melambat signifikan pada waktu penutupan jalan. Layanan penjualan di halte akan mengalami buka tutup untuk mengurangi risiko penumpang tertahan di dalam bus karena imbas buka tutup jalur di tengah perjalanan," ujarnya.

Adapun jumlah penumpang KRL, menurut Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek Eva Chairunisa, pada awal pekan ini tidak jauh berbeda dengan awal pekan lalu. Jumlahnya 750.000-790.000 orang.

Minta maaf

Penutupan sejumlah ruas jalan di Ibu Kota masih akan berlanjut pada Kamis (23/4) ini. "Kami meminta maaf karena aktivitas warga terganggu," kata Plt Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Budi Widjanarko, kemarin.

Menurut Budi, KAA adalah kegiatan besar yang melibatkan tamu penting, seperti kepala negara dan kepala pemerintahan. Kegiatan seperti ini tidak digelar setiap saat sehingga ia berharap warga memaklumi. (RAY/MKN/JAL/FRO/PIN/MDN/ART/B06/B07)

-------------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Kamis, 24 April 2015, dengan judul "Benahi Manajemen Lalu Lintas"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Megapolitan
Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Megapolitan
Jalur, Kuota, dan Syarat PPDB SMA, SMK, dan SLB Kota Bogor 2024

Jalur, Kuota, dan Syarat PPDB SMA, SMK, dan SLB Kota Bogor 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com