Tepat di belakang panggung, ada empat bangunan berbentuk rumah adat Betawi. Kanopi beratap kaca tersambung antara rumah satu dan lainnya serta ke arah jembatan yang terhubung ke bagian belakang.
Atap kaca tersebut, kata Supli, merupakan salah satu yang dikeluhkan Gubernur DKI Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama saat berkunjung beberapa waktu lalu. [Baca: Ahok Perintahkan Penyelidikan Dugaan "Mark Up" Balai Betawi]
"Iya, Pak Ahok sempat mengeluhkan kondisi atap kanopi yang bocor. Sebetulnya bukan bocor, tetapi rembesan air dari sela antara atap kanopi yang kurang rekat lemnya," ucap Supli Ali.
Selain atap kanopi yang merembes, lantai kayu di jalur kanopi dan kolam terlihat retak dan melengkung sehingga kondisinya sudah mulai rapuh meski belum resmi dioperasikan.
Hingga saat ini, perawatan gedung merupakan tanggung jawab pihak proyek yang dikerjakan PT Waskita. Setiap hari, kata Supli, ada pekerja Waskita yang merawat bangunan gedung, khususnya bagian museum dan perumahan bagian belakang, termasuk juga kanopi yang bocor.
"Enam bulan diproyeksikan kelar semua. Jadi selama belum ada serah terima, belum boleh diisi agenda apa pun," tutur mantan Kabag Pendidikan dan Pengrusakan Biro Dikmental DKI tersebut.
Lahan seluas 289 meter persegi itu terbagi tiga wilayah. Zona A PBB, Zona C Perkampungan Betawi di kawasan Embrio, dan Zona C yang belum dibangun. Totalnya pembangunan di tiga wilayah tersebut menghabiskan dana sebesar Rp 120 miliar.
Namun, dalam APBD 2015 yang belum disahkan tetap dianggarkan sebesar Rp 75 miliar. "Anggaran baru (APBD 2015) kalau tidak dicoret, untuk fisiknya Rp 50 miliar dan pembebasan lahan Rp 25 miliar," kata Kepala UPT PBB.
Dijaga satu orang
Ditemui terpisah, salah satu pekerja kebersihan taman mengakui minimnya penjagaan di kawasan proyek PBB zona A tersebut.
Paul (38) mengaku, lokasi proyek hanya dijaga satu orang petugas keamanan. "Ada petugas keamanan, namanya Pak Udin. Cuma dia saja sendiri. Kalau sekarang lagi di rumah, nanti sore pukul 17.00 baru nongol nyalain lampu, terus pulang. Nanti pukul 19.00 baru dah mulai (jaga malam) sampai pagi," tutur Paul.
Terkait sejumlah peralatan di Zona A PBB yang sering hilang, Paul tidak menutup mata jika hal tersebut menjadi ulah jahil pencuri.
Namun, ia tidak mengetahui pasti bagaimana maling tersebut dapat masuk dan mencuri sejumlah instalasi seperti lampu dan lainnya.
"Namanya juga maling, asal ada kesempatan pasti diembat. Ini saja baru ganti semua lampunya. Padahal, sekeliling tempat ini dipasang pagar semua. Makanya, nanti kalau sudah resmi, saya mau lamar jadi sekuriti," ucap petugas kebersihan tersebut.
Perkampungan Setu Babakan terpilih sebagai Cagar Budaya Betawi berdasarkan SK Gubernur No 9 Tahun 2000.
Perkampungan ini juga merupakan salah satu obyek yang dipilih Pacific Asia Travel Association (PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada Oktober 2002.
Sebelumnya, Gubernur Ahok sempat kesal saat berkunjung ke kawasan budaya Betawi di Setu Babakan pada Minggu (19/4/2015) lalu.
Sebab, ia melihat Balai Betawi dalam kondisi yang tidak terawat. Ia menduga ada mark up dalam proyek pembangunan gedung yang menelan biaya hingga Rp 120 miliar tersebut.