Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akui Jakarta Berubah, Ketua DPRD DKI Cuma Tak Tahan Mulut Ahok

Kompas.com - 26/05/2015, 08:39 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi mengakui baiknya kinerja Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam membenahi Jakarta. Hal itu dia katakan setelah melihat Basuki memarahi Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI dalam forum Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2016.

"Kalau Ahok, mulutnya doang yang saya enggak tahan. Waktu ketemu Presiden kan saya bilang, mulutnya dia nih. Ya tetapi sekarang sudah berubah, kok. Kita harus fair juga, Jakarta berubah kok di tangan dia. Kalau tadi dia hantam SKPD-nya, ya udah biarin aja. Nunjuk idung langsung lagi, tuh," ujar Prasetio di Gedung DPRD, Senin (25/5/2015).

Prasetio mengatakan, walaupun dia pernah kritis terhadap cara Basuki dalam berbicara, hal itu bukan berarti bahwa dia membencinya. Dia akan tetap bersikap adil dengan mengakui bahwa kinerja Ahok (sapaan Basuki) baik.

Apabila kata-kata kasar Ahok kembali keluar untuk pejabat SKPD, Prasetio berpendapat bahwa itu tidak masalah. Sebab, kemarahan Ahok beralasan. Hal tersebut berbeda dengan kata-kata kasar Ahok terhadap DPRD yang dia nilai tidak berdasar.

Prasetio juga mengaku sepakat dengan Ahok yang sempat berpendapat bahwa Jakarta tidak butuh satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Menurut Prasetio, Jakarta sudah cukup dengan ditangani oleh lurah, camat, dan wali kota. Permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat bisa disalurkan langsung ke lurah setempat dan diteruskan hingga wali kota.

Prasetio mengatakan, lurah dan camatlah yang selama ini memegang fungsi sebagai pelayan publik. Sebab, mereka berinteraksi langsung dengan masyarakat. Pejabat SKPD, menurut Pras, hanyalah koordinator. Sementara itu, fungsi koordinator, menurut Prasetio, juga bisa dipegang oleh lurah dan camat.

"Gue sepakat sama Ahok, enggak perlu ada SKPD. Langsung lurah, camat, wali kota, kan itu yang berfungsi dalam pelayanan publik kan, mereka yang handle. Selama ini bukan SKPD," ujar Prasetio.

Kemarin, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merasa kecewa berat serta marah besar kepada Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Nandar Sunandar. Sebab, Basuki melihat sampah berserakan di taman di depan Hayam Wuruk Plaza dan tak kunjung dibersihkan. Lokasi itu setiap hari dilintasi Basuki dari rumahnya di Pantai Mutiara menuju kantornya di Balai Kota dan sebaliknya.

"Saya kalau berangkat dari rumah pukul 07.15 dan agak macet, saya lihat taman Hayam Wuruk penuh sampah, bungkus rokok, plastik tercecer di taman," kata Basuki dengan nada tinggi, saat membuka forum RKPD 2016 di Balai Agung, Balai Kota, Senin.

Melihat hal tersebut, Basuki mengirim foto taman itu melalui BlackBerry Messenger (BBM) kepada Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Nandar Sunandar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tutup Akses Jalan Rumah Warga, Ketua RT di Bekasi: Dia Tak Izin, ini Tanah Saya

Tutup Akses Jalan Rumah Warga, Ketua RT di Bekasi: Dia Tak Izin, ini Tanah Saya

Megapolitan
DPW PSI Terima Berkas Pendaftaran Achmad Sajili sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

DPW PSI Terima Berkas Pendaftaran Achmad Sajili sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Megapolitan
Protes Iuran Tapera, Karyawan Swasta: Kami Sudah Banyak Potongan!

Protes Iuran Tapera, Karyawan Swasta: Kami Sudah Banyak Potongan!

Megapolitan
Pegi Jadi Tersangka, Kakak Kandung Vina: Selidiki Dulu Lebih Lanjut!

Pegi Jadi Tersangka, Kakak Kandung Vina: Selidiki Dulu Lebih Lanjut!

Megapolitan
Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana terhadap 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana terhadap 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Megapolitan
'Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise'

"Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise"

Megapolitan
Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Megapolitan
Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Megapolitan
Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Megapolitan
Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Megapolitan
Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com