Okto menjelaskan, upaya penyelundupan terjadi pertama kali pada tanggal 13 Januari 2015. Sebanyak 188 kg sisik trenggiling ditemukan di Gudang Ekspor Garuda Bandara Soekarno-Hatta. Barang itu dilaporkan oleh pengirim sebagai kuda laut kering dari Cibinong dengan tempat tujuan pengiriman Kwutong, Hongkong.
Kejadian kedua, tanggal 25 Januari 2015, terhitung ada 17 kg sisik trenggiling yang ditemukan. Barang itu ditemukan di Gudang Ekspor Garuda, dengan tempat asal pengiriman dari Cengkareng, Jakarta Barat, untuk dikirim ke Kwutong. Modusnya pun mirip, yakni melaporkan sisik sebagai barang lain, yakni plastik. Baik dari kejadian pertama maupun kedua, sisik trenggiling sama-sama dikirim dari Kantor Pos.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta Awen Supranata mengaku telah menelusuri Kantor Pos tempat sisik trenggiling dikirim. Ketika alamat pengirim dicari, ternyata merupakan rumah kosong.
"Rumahnya rumah bodong. Kita masih kembangkan lagi," ujar Awen.
Kejadian ketiga, sisik trenggiling sebanyak 200 kg diimpor dari Kamerun. Sisik tersebut ditemukan di Gudang Impor JAS Bandara Soekarno-Hatta pada 26 Januari 2015. Dari informasi pengiriman, sisik ditulis sebagai foodstuff.
Semua sisik trenggiling yang diamankan telah diserahkan kepada BKSDA DKI Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut. Berdasarkan estimasi harga perdagangan internasional, satu kilogram sisik trenggiling dihargai sebesar 400 dollar AS atau lebih kurang Rp 4,3 juta.