Sebab, kata dia, bus AKAP dan Damri bandara tidak menerapkan sistem setoran seperti halnya bus-bus kota. Karena itu, ia yakin, bus-bus AKAP dan Damri tidak masuk ke dalam Terminal Rawamangun karena memang ada kesalahan pada rancangan terminal.
Kesalahan itu membuat bus-bus berukuran besar tidak bisa masuk ke dalam terminal.
"Ahok ngaco, bus AKAP dan Damri kan enggak ngejar setoran. Bus-bus AKAP, apalagi yang di Rawamangun itu, pakai sistem gaji per jalan (premi). Jadi, salah kalau alasannya ngejar setoran," ujar Andreas kepada Kompas.com, Kamis (28/5/2015). [Baca: Ahok Bingung Letak Kesalahan Terminal Rawamangun]
Pengelola akun Twitter @NaikUmum ini mengatakan, Ahok seharusnya mempelajari dulu suatu permasalahan sebelum mengeluarkan pernyataan. Hal ini perlu dilakukan agar pernyataan tidak memunculkan kebingungan di tengah masyarakat.
"Alasan mengetem di luar buat cari setoran tidak tepat. Seharusnya, Pak Ahok pahami sistem operasi bus-bus di sana yang rata-rata bukan setoran," ujar dia.
Sebelumnya, Ahok melontarkan pernyataan bahwa ia mulai curiga dengan penyebab bus-bus AKAP dan Damri yang belakangan lebih memilih menunggu penumpang di luar terminal.
Ia menilai, tindakan tersebut bukan karena kesalahan rancangan terminal, melainkan karena perilaku sopir-sopir bus yang hendak mengejar setoran. [Baca: Bus Besar Tak Bisa Masuk Terminal Rawamangun, Ahok Geram ke Konsultan]
"Mereka (Dinas Perhubungan dan Transportasi) rencananya mungkin mau bongkar salah satu gedungnya agar lebih luas, tetapi kalau dibongkar lebih luas pun tetap akan susah. Nah, saya enggak tahu, apa sengaja bus enggak mau masuk dan ngetem di luar karena kan bus memang enggak suka masuk (ke terminal), dia lebih suka mengetem di luar karena ada setoran," kata dia di Balai Kota, Kamis pagi.
Sebagai informasi, beberapa waktu belakangan, banyak bus Damri tujuan Bandara Soekarno-Hatta dan bus AKAP mengetem sembarangan di badan jalan depan terminal yang berlokasi di Jakarta Timur itu.
Tak ayal, hal ini menyebabkan kemacetan di lokasi tersebut. Usut punya usut, banyaknya bus berukuran besar yang mengetem sembarangan dan tidak masuk ke dalam terminal dikarenakan adanya kesalahan pada rancangan jalur masuk bus ke dalam terminal.
Sebab, bentuk jalur masuk bus terlalu menikung. Jalur dibuat menikung karena adanya Kantor Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur. Padahal, kalau dibuat lurus, hal itu tak menghambat jalur masuk bus berukuran besar.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi Benjamin Bukit mengaku sudah mengusulkan agar Kantor Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur dibongkar. "Ada bangunan yang harus dihapus (dibongkar). Bangunan yang menghalangi ini harus segera dihapus," ujar dia di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (11/5/2015).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.