Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presensi Ala Mahasiswa buat Pegawai Pemerintahan...

Kompas.com - 20/06/2015, 09:11 WIB
Jessi Carina

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com - Sebuah map plastik berwarna biru berisi selembar kertas. Dalam kertas tersebut, terdapat kolom-kolom serta barisan nama. Satu nama biasanya memiliki kolom kotak-kotak kecil berisi nama-nama hari beserta tanggalnya. Paraf si pemilik nama tadi terisi di kotak-kota itu.

Kertas tersebut bukan daftar presensi mahasiswa yang biasanya ada ketika mereka sedang menjalani kegiatan perkuliahan. Kertas tersebut adalah list presensi pegawai Pemerintah Kota Bekasi. "Saya absen (presensi) masih manual," ujar salah seorang pegawai negeri sipil di Pemkot Bekasi, Jumat (19/6/2015) kemarin.

Padahal, Pemerintah Kota Bekasi memiliki gedung baru dengan 10 lantai. Gedung tersebut sebagian besar diisi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Pemkot Bekasi.

Gaya gedung tersebut layaknya gedung perkantoran. Memiliki lantai basement untuk tempat parkir kendaraan dan juga lift untuk mencapai tiap-tiap lantai di atas. Meski demikian, modernnya gedung pemerintahan tersebut belum diikuti dengan sistem presensi yang hingga kini masih manual.

Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bekasi Husni Tarigan pun mengakui, sebagian besar kantor pemerintahan di Bekasi masih memiliki sistem presensi manual. "Memang kita masih manual. Sebagian besar absensi (presensi) masih manual. Alasannya ya karena memang tahun ini belum teranggarkan. Kita coba ajukan di tahun depan," ujar Husni.

Rawan manipulasi
Beberapa waktu lalu, Komisi A bidang Pemerintahan DPRD Bekasi melakukan inspeksi ke Kelurahan Sepanjang Jaya, Kelurahan Bojong Rawalumbu, dan Kecamatan Rawalumbu.

Ketua Komisi A Ariyanto Hendrata mengatakan, awalnya inspeksi ini untuk memeriksa kehadiran pegawai di hari pertama puasa. Hal ini untuk mengetahui apakah pegawai masih bersemangat kerja dalam kondisi berpuasa atau tidak. Memeriksa hal tersebut di kelurahan serta kecamatan pun bukan dilakukan tanpa alasan.

"Kita pilih kelurahan dan kecamatan karena mereka adalah ujung tombak pelayanan pemerintahan yang bersentuhan langsug kepada warga," ujar Ariyanto.

Dalam inspeksi tersebut, Komisi A menemukan beberapa PNS yang sudah pulang sebelum jam kerja. Padahal, jam kerja mereka sudah dikurangi selama bulan puasa ini. Loket-loket pelayanan pun sepi.

Namun Ariyanto mengatakan, anggota Dewan menemukan hal yang tidak mereka duga. Ketika melihat daftar presensi untuk mengetahui jumlah pegawai yang masuk hari itu, mereka justru menemukan daftar yang telah terisi sampai Jumat (19/6/2015), meski hari pelaksanaan inspeksi saat itu Kamis (18/6/2015).

Ariyanto pun melihat hal ini sebagai bentuk kecurangan dan krisis kepemimpinan. Sebab, langkah tersebut juga digunakan oleh Camat setempat, Lukmanul Hakim. Kepala Sub Bagian Kepegawaian Kecamatan Rawalumbu, Ali Nurcahya, pun memberi penjelasan tentang hal tersebut.

"Karena Pak Camat juga enggak merhatiin. Dia tanda tangan keterusan aja sampai hari Jumat," ujar Ali di Kantor Camat Rawalumbu, Jumat kemarin.

Ali mengatakan, persoalan presensi yang terisi sampai Jumat adalah murni ketidaksengajaan. Dia juga menjelaskan alasan pegawai lainnya ikut-ikutan membubuhkan tanda tangan kehadiran sampai hari Jumat. Menurut dia, hal tersebut karena nama Camat Rawalumbu Lukmanul Hakim berada pada urutan paling atas.

Dugaan dia, para pegawai secara tidak sengaja mengikuit ritme tanda-tangan camat yang berada di urutan paling atas. Hal tersebut, kata Ali, bukan hal yang disengaja oleh pegawai. Ali menegaskan, camat dan pegawai tidak memiliki niat untuk mencurangi atau memanipulasi kehadiran.

Perbaiki sistem
Dalam kasus di Kecamatan Rawalumbu kemarin, daftar presensi yang sudah penuh terisi hingga akhir pekan memang diakui sebagai sebuah ketidaksengajaan. Namun itu pun ikut menunjukan bahwa sistem absen di kantor pemerintahan rawan dimanipulasi orang-orang tak bertanggungjawab.

Komisi A pun meminta Pemerintah Kota Bekasi mempersiapkan sistem absensi pegawai yang lebih canggih. Ariyanto mengaku tegas meminta hal ini, sebab presensi manual juga dialami di Gedung DPRD sendiri.

"Komisi A mendorong agar Pemkot Bekasi menggunakan sistem absensi (presensi) pegawai yang lebih akurat berbasis pada teknologi canggih. Sidak kemarin kembali membuktikan lemahnya sistem absensi (presensi) manual," ujar Ariyanto.

"Mau finger print, iris mata, atau yang lainnya, terserah dan tergantung kemampuan anggaran pemkot. Termasuk di dewan masih manual," tambah Ariyanto.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi juga berjanji akan segera melakukan pemeriksaan khusus terkait hal ini. Dia juga meminta kepada DPRD Bekasi untuk langsung memberi rekomendasi kepadanya jika menemukan ketidaksesuaian dalam kinerja pegawainya.

"Kami akan lakukan pemeriksaan khusus terkait kedisiplinan aparatur. Masukan juga untuk DPRD bila turun ke lapangan dan mendapatkan kondisi yang tidak sesuai dengan tupoksi dan SOP harus ada rekomendasi ke kepala daerah agar menjadi bahan evaluasi dan ditindaklanjuti," ujar Rahmat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi 'Online'

Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi "Online"

Megapolitan
Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Megapolitan
Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Megapolitan
Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Megapolitan
Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Megapolitan
Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Megapolitan
 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Megapolitan
SYL Klaim Beri Rp 1,3 Miliar ke Firli Bahuri, Kapolda Metro: Menarik, Akan Kami Cek

SYL Klaim Beri Rp 1,3 Miliar ke Firli Bahuri, Kapolda Metro: Menarik, Akan Kami Cek

Megapolitan
Selebgram Bogor Gunakan Gaji dari Promosi Situs Judi 'Online' untuk Bayar Sewa Kos

Selebgram Bogor Gunakan Gaji dari Promosi Situs Judi "Online" untuk Bayar Sewa Kos

Megapolitan
Oknum Ormas Diduga Pungli ke Pengendara di Samping RPTRA Kalijodo, Warga Keberatan tapi Tak Berani Menegur

Oknum Ormas Diduga Pungli ke Pengendara di Samping RPTRA Kalijodo, Warga Keberatan tapi Tak Berani Menegur

Megapolitan
Kasus Mertua Dianiaya Menantu di Jakbar, Pakar Nilai Ada Upaya Penghentian Perkara oleh Polda

Kasus Mertua Dianiaya Menantu di Jakbar, Pakar Nilai Ada Upaya Penghentian Perkara oleh Polda

Megapolitan
Pilu Calon Siswa di Depok Tak Lolos PPDB Jalur Zonasi hingga Dugaan Adanya Kecurangan...

Pilu Calon Siswa di Depok Tak Lolos PPDB Jalur Zonasi hingga Dugaan Adanya Kecurangan...

Megapolitan
Bawaslu DKI Bakal Surati Pengelola Apartemen yang Menolak Coklit Data Pemilih Pilkada 2024

Bawaslu DKI Bakal Surati Pengelola Apartemen yang Menolak Coklit Data Pemilih Pilkada 2024

Megapolitan
Bahagianya Klautidus Terima Kaki Palsu dari Kemensos, Kini Bisa Kembali Jadi Petani

Bahagianya Klautidus Terima Kaki Palsu dari Kemensos, Kini Bisa Kembali Jadi Petani

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com