"Kami enggak butuh antar jemput. Kami cuma butuh kabar saudara kami secepatnya," ujar salah satu kerabat korban, Rosmiati (18), Jumat (10/7/2015).
Penolakan pihak keluarga tersebut cukup beralasan. Pasalnya, sejak para korban dirawat di RS Hermina, Tambun, hingga dirujuk ke RSCM, pihak keluarga tidak diijinkan untuk membesuk.
"Kalau cuma fasilitas kendaraan, kita juga punya. Sekarang ini yang penting bisa ketemu keluarga kami. Tapi malah dipersulit," sesal keluarga korban lainnya Asriati (45).
Bahkan, keluarga korban lainnya, Imam (60), merasa diusir dengan tawaran antar jemput dari pihak Mandom tersebut. Pasalnya, Imam dan keluarganya jauh-jauh datang dari Cibitung tanpa hasil.
"Kita datang dari jauh lho. Dari Cibitung, naik motor pula. Eh, disuruh pulang lagi. Ngapain? Mending nginep aja sekalian," tutur Imam.
Pihak PT Mandom menyiapkan sarana antar jemput bagi keluarga korban. Hal itu dilakukan lantaran belum ada izin dari pihak RSCM untuk memberikan waktu besuk para korban kebakaran yang dirawat di sana. Ada pun sarana yang disiapkan pihak Mandom antara lain, dua unit bus ELF, satu kijang kapsul dan satu Innova.
"Kita hanya memfasilitasi pihak keluarga agar aksesnya bisa dipermudah. Tapi itu sifatnya opsional," timpal salah satu penanggung jawab dari pihak Mandom, Roni.
Seperti diketahui, kebakaran tersebut diduga akibat kebocoran gas di ruang produksi. Akibatnya, bangunan di ruang produksi hancur total dan lima orang pekerja tewas.
Sementara itu, lebih dari 50 pekerja lainnya mengalami luka bakar serius di sekujur tubuh dan wajahnya. Saat ini, polisi membuka posko ante mortem di Polres Bekasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.