Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2015, 10:44 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Jakarta Timur tengah mengusulkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggunakan lahan kanal banjir timur (KBT) sebagai tempat berkebun.

Beragam sayuran akan ditanam sepanjang 16 kilometer di KBT wilayah Jakarta Timur. Hasilnya akan dijual langsung kepada masyarakat.

Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardhana mengatakan, program pengembangan kebun di tepi KBT ini adalah bagian dari penataan KBT. "Nanti ada kebon mini toga dan kebon mini sayur mayur," kata Bambang, kepada wartawan, Jumat (7/8/2015).

Kebun mini toga, akan ditanam tumbuhan jenis bangle, jahe, kunyit, lengkuas, dan sereh. Sedangkan kebun sayur mayur akan ditanami jenis kangkung, bayam, timun suri, kemangi, dan cabe.

Bambang melanjutkan, pengelolaan kebun di KBT akan memberdayakan masyarakat sekitar. Mereka akan dibentuk menjadi beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari lima orang. Setiap kelompok bertugas mengelola kebun seluas 500 meter persegi.

Karena panjang kebun ini bakal mencapai 16 kilometer, yakni mulai dari Cipinang Besar Selatan hingga Ujung Menteng, Bambang mengatakan, tiap kecamatan yang dilintasi akan membentuk kelompok pengelola kebun masing-masing.

"Jadi sistem perjanjian (pengelolaan) pinjam setiap tahun (ke pemerintah), tidak boleh alih garap," ujar Bambang.

Dengan kebun terpanjang ini, Bambang berharap, masyarakat yang memiliki kemampuan bertani, bisa mengembangkan ekonominya. Ia juga berharap, sayuran segar dapat dihasilkan dari rencana ini dan dirasakan warga.

"Pengen kayak argo wisata. Jadi masyarakat bisa langsung beli, kan enak dapat sayuran segar. Kita bisa atur itu panennya, misalnya seminggu sekali," ujar Bambang.

Bambang mengatakan, upaya ini akan direalisasikan tiga bulan. Namun kegiatan berkebun itu hanya dilakukan pada musim kemarau, yakni tiap April hingga September, ketika air KBT tidak tinggi.

Penataan itu dibareng dengan kegiatan lainnya, yakni program PKL terpadu. Bambang mengatakan sisi selatan KBT, yang saat ini ditempati PKL, harus disterilkan agar bisa dimanfaatkan warga untuk kegiatan lain, misalnya olah raga dan bersepeda warga.

"Ini harus bersih, tidak boleh ada pedagang," ujarnya.

Sementara itu sisi utara KBT akan dimanfaatkan untuk para PKL tersebut. Akan ada enam zona di kawasan KBT yang digunakan pedagang berjualan. Dua zona di Cipinang Muara dan Duren Sawit akan jadi pilot project-nya.

Pedagang akan diperbolehkan berjualan mulai pukul 18.00-24.00 pada Senin hingga Jumat. Sedangkan Sabtu dan Minggu, mulai pukul 06.00 sampai pukul 11.00.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Anak Berkebutuhan Khusus yang Diduga Cabuli Tiga Bocah di Ciracas Dibawa ke Dinas Sosial

Anak Berkebutuhan Khusus yang Diduga Cabuli Tiga Bocah di Ciracas Dibawa ke Dinas Sosial

Megapolitan
Kesulitan Dapat Kerja, Pasutri Paruh Baya Berharap Batas Usia Tak Jadi Syarat dalam Lowongan Pekerjaan

Kesulitan Dapat Kerja, Pasutri Paruh Baya Berharap Batas Usia Tak Jadi Syarat dalam Lowongan Pekerjaan

Megapolitan
Pedagang Beras Curhat ke Zulkifli Hasan: Pilihan Terbatas, Biasanya Ada Banyak Merek

Pedagang Beras Curhat ke Zulkifli Hasan: Pilihan Terbatas, Biasanya Ada Banyak Merek

Megapolitan
Anak Berkebutuhan Khusus Usia 12 Tahun di Ciracas Diduga Mencabuli Tiga Bocah

Anak Berkebutuhan Khusus Usia 12 Tahun di Ciracas Diduga Mencabuli Tiga Bocah

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Kolong Jembatan Cakung Cilincing, Diduga Sudah Tewas Sepekan

Mayat Pria Ditemukan di Kolong Jembatan Cakung Cilincing, Diduga Sudah Tewas Sepekan

Megapolitan
Perkosa Anak Kandungnya hingga Hamil, Ayah di Tangsel Jadi Tersangka

Perkosa Anak Kandungnya hingga Hamil, Ayah di Tangsel Jadi Tersangka

Megapolitan
Saat Zulhas Urungkan Niat Traktir Pengunjung Pasar Senen karena Takut Langgar Aturan Pemilu

Saat Zulhas Urungkan Niat Traktir Pengunjung Pasar Senen karena Takut Langgar Aturan Pemilu

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Periksa Eks Pimpinan KPK Terkait Kasus Pemerasan SYL

Hari Ini, Polisi Periksa Eks Pimpinan KPK Terkait Kasus Pemerasan SYL

Megapolitan
Kerap Naik KRL Selama Kampanye, Aiman Witjaksono: Bisa Ngobrol dengan Warga

Kerap Naik KRL Selama Kampanye, Aiman Witjaksono: Bisa Ngobrol dengan Warga

Megapolitan
Curhat 'Fresh Graduate' SMK Terbelenggu Syarat Melamar Kerja: Makin Susah, Kasir Pun Harus S1...

Curhat "Fresh Graduate" SMK Terbelenggu Syarat Melamar Kerja: Makin Susah, Kasir Pun Harus S1...

Megapolitan
Jurus Kampanye Caleg DKI untuk Pemilu 2024, Naik Transportasi Umum hingga Beri Konsultasi Hukum Gratis

Jurus Kampanye Caleg DKI untuk Pemilu 2024, Naik Transportasi Umum hingga Beri Konsultasi Hukum Gratis

Megapolitan
Satpol PP DKI Musnahkan 12.031 Botol Miras Hasil Sitaan sejak Awal 2023

Satpol PP DKI Musnahkan 12.031 Botol Miras Hasil Sitaan sejak Awal 2023

Megapolitan
'Update' Titik Banjir di Jakarta, 45 RT Masih Terendam hingga Ketinggian 160 Sentimeter

"Update" Titik Banjir di Jakarta, 45 RT Masih Terendam hingga Ketinggian 160 Sentimeter

Megapolitan
Ketika Anak Muda Manggarai Tak Lagi Terpancing Bertarung dalam Tawuran, Kelompok Lawan Ribut Sendiri...

Ketika Anak Muda Manggarai Tak Lagi Terpancing Bertarung dalam Tawuran, Kelompok Lawan Ribut Sendiri...

Megapolitan
[Kilas Balik] 66 Tahun Lalu, Presiden Soekarno Nyaris Terbunuh dalam Tragedi Cikini

[Kilas Balik] 66 Tahun Lalu, Presiden Soekarno Nyaris Terbunuh dalam Tragedi Cikini

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com