Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejabat DKI Jadi Staf Depresi, Ini Tanggapan Ahok

Kompas.com - 27/09/2015, 10:04 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pejabat DKI disebut depresi karena banyak berkurang pendapatannya setelah menjadi staf. Mereka kehilangan tunjangan yang nilainya cukup besar, sementara mereka memiliki cicilan kredit setiap bulan.

Kabarnyam ada pejabat yang harus berkonsultasi dengan psikiater lantaran stress. Kemudian bagaimana Basuki menanggapi kabar tersebut?

"Saya enggak bisa berkomentar banyak. Sekarang orang Jakarta yang depresi ada berapa banyak? 2/3 warga Jakarta depresi karena macet, banjir, dan pelayanan. Nah kalau pejabatnya depresi, kalau anda (pejabat) kerja baik-baik, anda enggak depresi kok," kata Basuki, di Lapangan Monas, Minggu (27/9/2015).

Basuki mengaku tidak asal menggonta-ganti serta memecat pejabat. Perombakan pejabat yang dilakukan hampir tiap pekan, kata dia, merupakan buah pemikiran matang.

Selain itu, banyak pertimbangan yang membuatnya memecat seorang pejabat. Basuki menegaskan tidak akan melepas jabatan seseorang ketika pejabat itu mampu bekerja dengan baik sesuai sumpah jabatan yang diucapkan.

"Sekarang Yusmada PU (Kepala Dinas Bina Marga Yusmada Faizal) saya ganti enggak? Enggak. Pak Heru (Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah Heru Budi Hartono), Bu Tuty (Kepala Bappeda DKI Tuty Kusumawati), Pak Lasro (Kepala Inspektorat DKI Lasro Marbun), Pak Edy (Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Edy Junaedy Harahap), Pak Kusmedi (Kepala Dinas Kesehatan), saya ganti enggak? Enggak, semua oke-oke saja kok," kata Basuki. 

Basuki menampik pejabat-pejabat yang dipertahankannya itu merupakan pejabat yang mau menjalankan instruksi darinya. Sebab, para pejabat itu memiliki tugas memberi pelayanan terbaik kepada warga.

"Tugas kamu kan membuat orang Jakarta menjadi baik. Sekarang kamu depresi kenapa? Karena kehilangan jabatan? Kalau kamu enggak mau kehilangan jabatan, kamu kerja yang benar dong. Kalau (honor) PHL (pekerja harian lepas) kamu mainin, ya terpaksa gue pecat," kata Basuki.  

Mengutip Harian Warta Kota, banyak pejabat yang depresi karena kehilangan fasilitas yang selama ini diterima. Para pejabat DKI yang biasa dimanja dengan tunjangan puluhan juta rupiah itu tiba-tiba kehilangan fasilitas itu.

"Padahal kan ada yang sedang kredit mobil, rumah, dan sebagainya. Karena tunjangan itu hilang, praktis mereka kelimpungan membayar cicilan kredit," kata seorang sumber tersebut.

Kekesalan dan kekecewaan pejabat yang distafkan juga karena mereka merasa telah berprestasi. Pencopotan, kata sumber itu, terjadi karena tidak sejalan dengan atasan atau melakukan kesalahan yang akhirnya dijadikan staf. Mereka menyebut ada beberapa pejabat yang diangkat Basuki juga pernah bermasalah.

Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan demosi atau penurunan jabatan sebanyak 201 pejabat. Para pejabat yang pernah menduduki kursi eselon IV hingga eselon II itu, saat ini hanya diberdayakan di Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Provinsi DKI Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Megapolitan
Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
417 Bus Transjakarta Akan 'Dihapuskan', DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

417 Bus Transjakarta Akan "Dihapuskan", DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

Megapolitan
Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Megapolitan
Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com