Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Kejahatan Seksual Dihantui Trauma

Kompas.com - 29/10/2015, 16:06 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Kejahatan seksual terhadap anak-anak meninggalkan trauma dan luka fisik di tubuh korban. Trauma pada anak-anak bisa dilihat dari perubahan perilaku mereka.

Apabila tidak segera ditangani, trauma anak akan bertahan lama. Bahkan, korban berpotensi kelak jadi pelaku.

Sikap E (9), bocah laki-laki kelas III SD, misalnya, berubah setelah menjadi korban kejahatan seksual.

Anak sulung dari dua bersaudara itu mengalami kejahatan seksual lebih dari 10 kali oleh tetangganya, M alias Sakur (34).

Kejahatan seksual dilakukan sejak 2012. Adiknya, Y (7), juga jadi korban oleh pelaku yang sama.

P (34), ibu korban, mengatakan, sejak mengalami kejahatan seksual, anaknya jadi mudah tersinggung. "Dia jadi mudah marah," kata perempuan yang bekerja sebagai buruh cuci itu, Rabu (28/10).

Begitu tahu dua anaknya jadi korban kejahatan seksual, P langsung melaporkan peristiwa itu ke Polres Metro Jakarta Selatan.

Dua anaknya juga menjalani pemeriksaan fisik di RS. Hasil visum menunjukkan ada luka di sekitar kemaluan korban.

Keberanian P melaporkan peristiwa kejahatan seksual itu sempat ditentang tetangganya. Sebagian besar warga menganggap kejahatan seksual sebagai aib dan peristiwa memalukan.

Warga khawatir peristiwa itu mencemari nama lingkungan tempat tinggal mereka di Kelurahan Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan. Namun, P bergeming.

 "Saya berharap tidak ada lagi anak- anak yang menjadi korban kejahatan seksual," katanya.

Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Metro Jakarta Selatan Nunu Suparmi menuturkan, keengganan orangtua melaporkan peristiwa kejahatan seksual menyulitkan proses penyidikan.

"Tidak semua orangtua mau melaporkan peristiwa kejahatan seksual kepada pihak berwajib. Padahal, laporan itu penting untuk menindak pelaku dan menghentikan peristiwa itu," katanya.

Sejak Kamis lalu, Polres Metro Jakarta Selatan menahan Sakur atas sangkaan kejahatan seksual terhadap lebih dari 15 bocah laki- laki berusia 5-12 tahun.

Kejahatan seksual dilakukan sejak 2012 di dalam rumah pelaku, sekolah, kuburan, dan kolam renang.

Dari 15 korban, 11 di antaranya sudah dimintai keterangan dan diperiksa secara fisik. Dari hasil sementara, 5 korban mengalami luka fisik pada kemaluan.

F (9), salah satu korban, mengatakan sering diajak mancing dan dibelikan makanan oleh pelaku. Saat bermain dengan teman-temannya, pelaku menarik bocah kelas III SD itu ke dalam rumahnya. Di dalam rumah, M melakukan kejahatan seksual. "Saya langsung lapor ke orangtua," kata F.

Besok, Sakur akan menjalani pemeriksaan psikologi dan fisik. Kepada para penyidik, Sakur mengaku pernah mengalami kekerasan seksual ketika masih kecil. "Dulu saya jadi korban, kenapa polisi diam saja?" tutur Sakur kepada penyidik.

Anak balita

Sementara itu, anak balita, ZD (4), menjadi korban pencabulan di Jakarta Timur. Namun, untuk melaporkan kasus ini, Zul (31), orangtua ZD, sempat mengalami kesulitan kendati akhirnya Zul dapat melaporkan pencabulan yang dialami anaknya di Polres Jakarta Timur, Rabu (28/10).

Zul mengaku, pencabulan itu pertama kali diketahui oleh istrinya, IP, 13 Oktober lalu. Saat itu IP baru saja selesai memandikan ZD pada sore hari.

Tanpa diduga, ZD mengaku telah mengalami pencabulan yang dilakukan tetangganya, LM (50). "Anak saya mengaku kelaminnya dicongkel dengan kelamin LM," kata Zul, warga Cibubur, Ciracas, ini.

ZD pun mengeluh kelaminnya terasa perih. Saat dimintai keterangan oleh penyidik, ZD pun mengakui hal serupa. "Perih kalau lagi pipis," ucap ZD.

Zul mengakui, anak satu-satunya itu sehari-hari bermain di rumah LM, terutama pada siang hari. Sebab, diakui Zul, dia dan istrinya lebih sering istirahat pada siang hari karena pada malam hari mereka berdagang batu akik di Rawa Bening, Jatinegara.

Karena ZD sudah terbiasa bermain di rumah LM, anak balita itu tidur dan makan di rumah LM. Zul mulanya mengira kebaikan LM itu karena LM dan istrinya tak memiliki anak. Kebaikan LM kepada ZD, dikira Zul, terjadi dengan tulus.

"Kami tak menyangka pencabulan terjadi pada anak kami. Bahkan, itu dilakukan oleh orang yang kami kenal baik," kata Zul.

Apalagi, menurut Zul, saat dia berusaha meminta penjelasan, LM selalu menyanggah. Bahkan sebaliknya, menurut Zul, dia malah memperoleh intimidasi. LM menuduh Zul telah memfitnah dirinya.

Kendala juga masih dihadapi Zul saat dia berusaha melaporkan pencabulan yang dialami anak balitanya ke Polsek Ciracas. Menurut Zul, laporannya tak ditanggapi serius. Zul hanya memperoleh surat pengantar untuk visum.

Dengan surat pengantar visum itu, Zul memeriksakan ZD ke Rumah Sakit Polri Kramatjati. Dari visum itu diketahui ZD mengalami lecet di bagian kelamin. Baru setelah melapor ke Polres Jakarta Timur, kata Zul, laporannya dapat dilayani.

Saat dihubungi, Komisaris Husaima dari Humas Polres Jakarta Timur mengatakan, kasus pencabulan itu tengah ditangani Unit Perlindungan Anak Polres Jakarta Timur dan Polsek Ciracas.

Pendidikan seksual

Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Prof Mustofa; psikolog sosial UI, Prof Sarlito Wirawan; dan psikolog forensik Lia Latief Sutisna, yang dihubungi terpisah, membenarkan sosialisasi, pelatihan, dan proses pendampingan terkait usaha menekan kasus kejahatan terhadap anak di lingkungan masyarakat prasejahtera.

Jumlah korban terbanyak, terutama kejahatan seksual, justru berasal dari lingkungan keluarga prasejahtera.

Ketiga pakar sependapat, peran ibu dalam melakukan pendidikan seksual sejak usia dini kepada anak-anak mereka sangat menentukan kemampuan anak menghindari dan melindungi diri dari kejahatan seksual.

 Sayangnya, kata Mustofa, kaum ibu pada masyarakat prasejahtera sangat tidak kompeten. Kondisi menjadi semakin buruk karena, kata Sarlito, para ibu masih dikepung tabu bicara seks.

"Anak yang bertanya spontan tentang seks bukan mendapat informasi yang tepat, justru dimarahi, bahkan dipukul karena dianggap brengsek, kurang ajar," ujar Sarlito.

Seharusnya, lanjut Lia, sejak usia empat tahun, seorang anak sudah mendapat pengetahuan dan pendidikan seks dari ibu. (DNA/MDN/WIN/RAY)

-------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi 29 Oktober 2015 dengan judul "Korban Dihantui Trauma".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com