Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Depok, Waspadai Potensi Kecurangan Selama Pemilihan

Kompas.com - 02/11/2015, 14:45 WIB
DEPOK, KOMPAS — Sekitar sebulan menjelang pemilihan kepala daerah, potensi kerawanan dan kecurangan masih mengancam.

Beberapa di antaranya ada pada proses kampanye, daftar pemilih, dan rekapitulasi. Pemilihan di Depok diharapkan menjadi momentum untuk menciptakan proses demokrasi berkualitas.

Pelajar dari sejumlah sekolah menengah atas/kejuruan dan komunitas mengikuti simulasi pemilihan umum dalam acara Rock The Vote di halaman Perpustakaan Universitas Indonesia, Jakarta, Minggu (1/11).

Kegiatan ini sebagai pendidikan politik kepada pemilih muda agar berpartisipasi aktif untuk menyukseskan pemilihan kepala daerah serentak pada 9 Desember 2015.

"Kota Depok, sebagai salah satu daerah yang melaksanakan pilkada langsung mendatang, tentu menjadi atensi kami. Dengan pemilih yang cukup besar, tentu ada beberapa hal yang perlu diwaspadai. Kami berharap teman-teman di Komisi Pemilihan Umum dan Panwaslu bisa berkoordinasi terkait hal ini," ucap Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Muhammad, Minggu (1/11), di Universitas Indonesia, Depok.

Muhammad hadir dalam acara Rock The Vote Indonesia yang diselenggarakan Center for Elec-tion and Political Party (CEPP) FISIP UI bekerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum Kota Depok.

Menurut dia, telah ditemukan pelanggaran dalam proses kampanye. Meski demikian, hal tersebut tidak berlanjut setelah ada tindakan dari pengawas.

Beberapa waktu lalu, misalnya, ditemukan berbagai alat peraga kampanye, seperti baliho dan spanduk, yang tidak sesuai dengan ketentuan KPU.

Untuk itu, tambahnya, pengawasan yang lebih intensif perlu dilakukan. Utamanya pada proses pemilihan dan penghitungan suara.

"Jangan sampai ada suara yang di kotak suara tidak terhitung. Ini saatnya kita mewujudkan pemilu yang berkualitas," ucap Muhammad.

Ketua KPU Kota Depok Titik Nurhayati mengungkapkan, sebagai kota yang arus pergerakan warganya sangat tinggi, hal itu menuntut pengawasan kuat dari semua pihak.

Hal ini untuk mengantisipasi adanya orang- orang luar yang masuk untuk mengacaukan proses pemilihan.

"Selain itu, kesadaran warga sendiri harus terus tumbuh. Masyarakat harus ikut dalam proses tersebut, dengan menggunakan hak pilih, juga ikut mengawasi pelaksanaan pilkada," kata Titik.

Menurut Titik, Pilkada Kota Depok akan diikuti sekitar 1,243 juta orang. jumlah ini adalah data pemilih sementara (DPS) yang telah diserahkan KPUD.

Dia berharap partisipasi pemilih semakin meningkat dan menciptakan pendidikan politik yang baik.

Momentum perbaikan

Berdasarkan catatan Kompas, dalam dua kali pemilihan di Kota Depok, yaitu 2005 dan 2010, prosesnya tidak pernah berjalan mulus.

Pada 2005, penetapan pemenang pilkada oleh KPU Kota Depok dibatalkan Pengadilan Tinggi Jawa Barat. Pemenang pilkada baru ditetapkan tujuh bulan kemudian setelah melalui persidangan panjang.

Lalu, pada 2010, proses pilkada kembali diwarnai sejumlah protes. Bahkan, penghitungan suara sempat ricuh.

Selain itu, pada Pilkada 2010 ini, jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya sangat besar, mencapai 572.048 orang. Semua warga Depok yang tercantum dalam DPT adalah 1.053.914 orang.

Presiden Direktur CEPP Chusnul Mar'iyah menyampaikan, Pilkada 2015 ini menjadi momentum tepat untuk memperbaiki kualitas demokrasi di Depok.

Pelibatan pemilih pemula bisa menjadi pintu masuk agar partisipasi pemilih meningkat, lalu ikut meningkatkan pengawasan di lapangan.

"Kami telah melakukan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan partisipasi pemula yang acaranya dikemas secara fun. Kami berharap (pilkada) bisa berjalan lebih baik. Apalagi saat ini yang ikut hanya dua calon, jadi kontestasi dan atmosfer tidak terlalu tegang," ujar Chusnul. (JAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Teka-teki Kematian Pria dengan Tubuh Penuh Luka dan Terbungkus Sarung di Tangsel

Teka-teki Kematian Pria dengan Tubuh Penuh Luka dan Terbungkus Sarung di Tangsel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com