Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Kejutan Ahok Saat "Jumat Keramat"

Kompas.com - 30/11/2015, 08:28 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelantikan yang dilakukan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama pada Jumat (27/11/2015) lalu tidak berjalan seperti biasanya.

Biasanya, pria yang akrab disapa Ahok itu hanya perlu memberi sambutan, mengambil sumpah, dan melantik para Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Daya tarik dari pelantikan terbatas pada siapa yang akan dijadikan staf oleh Ahok, atau siapa PNS yang mendapat promosi.

Namun, pelantikan Jumat Keramat yang terakhir ini begitu berbeda. Ada kejutan-kejutan yang terjadi secara spontan di luar kebiasaan saat pelantikan.

Kejutan tersebut membuat orang yang menyaksikan pelantikan, geleng-geleng kepala. Bahkan berbisik-bisik dengan orang di sampingnya membicarakan mantan Bupati Belitong itu.

Ekspresi Wakil Gubernur DKI Djarot Syaiful Hidayat sempat tegang dan serius. Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi juga sesekali menggaruk-garuk kepala melihat tingkah Ahok.

Apa saja kejutan yang dibuat Ahok kali ini?

1. Usir Lurah dan Camat

Kejanggalan dalam pelantikan mulai dapat dilihat dari gelagat Ahok ketika memasuki Balai Agung, tempat pelantikan PNS.

Langkah Ahok tiba-tiba tertahan setelah melihat barisan PNS yang rencananya dia lantik.

Dia segera berbicara dengan Kepala Badan Kepegawaian Daerah DKI Agus Suradika dan Sekretaris Daerah DKI Saefullah.

Di akhir pembicaraan, terdengar samar suara Ahok yang ingin membatalkan saja pelantikan hari itu.

KOMPAS.com/Kurnia Sari Aziza Pegawai Kelurahan dan Kecamatan batal dilantik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Jumat (27/11/2015).
"Batal saja kalau begitu," ujar Ahok kepada Saefullah dan Agus.

Orang yang berdiri di sekitar Ahok, Saefullah, dan Agus seakan tidak percaya mendengar pernyataan Ahok.

Sebab, persiapan pelantikan di Balai Agung sudah begitu matang, sayang untuk dibatalkan. Tetapi, Ahok membuktikan ucapannya ketika dia memasui Balai Agung dan berbicara di depan podium.

"Mohon maaf pelantikan untuk lurah dan camat batal. Mohon maaf, nanti kami atur lagi karena saya enggak pernah diskusikan ada pergeseran lurah dan camat. Saya tidak pernah memerintahkan geser lurah dan camat," kata Basuki dengan nada tinggi.

"Saya tidak suka ini. Setiap pelantikan, pasti wakil lurah dan camat muncul. Tiap kali begitu, enggak bisa ini. Maaf saja ini," kata Basuki lagi.

Kemudian, para calon lurah dan camat yang sudah berseragam rapi langsung mundur serta meninggalkan lokasi pelantikan.

Tak sedikit dari mereka yang juga meninggalkan lokasi bersama keluarga masing-masing. Raut muka mereka terlihat bingung dan kecewa. Ada pula yang terlihat pasrah dan terus menunduk.


2. Absen PNS satu per satu

Hal lain yang tidak biasa dalam pelantikan kemarin adalah Ahok menyebut nama PNS yang akan dilantik satu per satu, layaknya guru mengabsen murid.

Ahok terlihat kesal karena banyak pejabat yang seharusnya tidak dilantik, justru banyak muncul saat pelantikan.

Sambil memegang data nama-nama pejabat yang akan dilantik, dia mengabsen satu per satu nama mereka.

"Fajar Sompi yang mana? Iya Anda, geser ke sini. Kemudian Nur Syam Daud, ada enggak? Eka Nurineka mana? Kalau berdiri di belakang, maju saja ke depan. Suwarto, Mat Nasir, Iqbal, oke," ujar Ahok yang mengabsen para pejabat.

Ahok juga sempat memanggil para calon lurah dan camat yang sudah keluar dari lokasi pelantikan.

Kepada seluruh PNS yang dia panggil, dia menanyakan apakah mereka mengetahui jabatan baru yang akan diemban serta pejabat pengganti dalam jabatan lama.

Sambil mengabsen, Ahok sempat menyindir Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Agus Suradika.

"Sebenarnya ini bukan pekerjaan saya. Buat apa punya staf kalau masih saya kerjakan sendiri yang seperti ini," ucap Ahok.

3. Semprot pejabat DKI

Beberapa pejabat DKI pun tidak luput dari semprotan kemarahan Ahok.

Salah satunya adalah Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi yang ditegur di tengah-tengah pelantikan karena memasukan PNS untuk dilantik tanpa sepengetahuan Ahok.

Pada saat pelantikan, Ahok bertanya kepada Rustam Effendi, apakah para calon pegawai di kelurahan dan kecamatan yang hadir pada pelantikan hari itu sudah disepakati oleh Rustam.

Rustam pun maju dari barisannya untuk menghampiri microphone. Dengan mimik wajah serius, dia menjawab pertanyaan Ahok.

"Iya, ini saya setujui, Pak, jadi wakil camat dan lurah," kata Rustam.

"Itu pilihan Bapak semua? Ya lain kali laporan sama saya ya, Pak," kata Ahok.

"Siap, Pak," ujar Rustam.

Dia juga sempat menyemprot Kepala BKD Agus Suradika yang tidak memberikannya daftar lengkap PNS yang akan dilantik.

Ahok menegaskan, dia tidak ingin melantik orang di luar yang dia ketahui.

"Makanya lain kali jangan sekali-sekali pasang orang tanpa kasih tahu saya. Kalau enggak, saya enggak mau lantik. Main lantik, ganti siapa, kami enggak tahu, kecolongan," ujar Ahok dengan nada kesal.

4. Batal pecat kepala dinas

Beberapa hari sebelum pelantikan, Ahok memastikan akan ada perombakan pejabat setingkat kepala dinas pada pelantikan akhir pekan ini.

Perombakan ini merupakan buntut penyisiran rancangan anggaran yang telah dilakukan Basuki beberapa hari belakangan.

Namun, pada Jumat pagi sebelum pelantikan berlangsung, Kepala BKD DKI Agus Suradika mengatakan Ahok batal memecat kepala dinas.

Hal ini berkaitan dengan pertanggungjawaban penggunaan anggaran tahun ini dan kebijakan umum anggaran prioritas plafon anggaran sementara (KUA-PPAS) 2016.

"Memang terpaksa ditunda. Ini karena enggak bagus juga, di tengah-tengah sedang berlangsung tahun anggaran kemudian diganti," kata Agus, di Balai Kota.

Sebelumnya memang terdengar kabar bahwa Ahok akan memecat Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Purba Hutapea terkait anggaran yang disusun dalam KUA-PPAS 2016.

Purba sempat pasrah menyikapi kabar tersebut. Namun, ternyata Ahok memang belum mau mencopot jabatannya.

"Kami kasih kesempatan (Purba) karena anggarannya (Disparbud DKI) terlalu besar, sangat besar. Kalau sampai (Kadisparbud DKI) diganti, langsung nanti pertanggungjawabannya masalah," kata Ahok.

5. Stafkan salah satu pejabat kesayangan

Alih-alih memecat Purba Hutapea yang membuat anggaran "gendut" dalam KUA-PPAS 2016, Ahok malah memcopot Kepala Inspektorat DKI Lasro Marbun. Padahal, Lasro merupakan salah satu pejabat yang kinerjanya sering dipuji Ahok.

Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Kepala Inspektorat DKI Lasro Marbun sedang melakukan inspeksi mendadak (sidak) PNS DKI jelang cuti bersama hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah, di Balai Kota, Rabu (15/7/2015).
Selain Lasro, Ahok juga mencopot Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Andi Baso Mappapoleonro.

Ternyata, pencopotan keduanya terkait kasus uninterruptible power supply (UPS) yang persidangannya sedang berproses.

Ahok tidak ingin ada pejabat yang terlibat kasus anggaran siluman, menempati posisi strategis.

"Kalau (pejabat) tidak (dicopot), kalau seorang inspektorat (Lasro) dipanggil Bareskrim, dia bisa tulis surat pakai cap kepala inspektorat, jadi susah. Mau enggak mau, kami lepas dulu (pecat) sampai dua (pejabat) itu terbukti tidak terlibat sama sekali dalam APBD siluman," ujar Basuki.

Ketika pengadaan UPS berlangsung, Andi Baso menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI, sedangkan Lasro Marbun merupakan mantan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com