Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Izin Berobat Wali Kota Bengkulu ke India Selama 3 Bulan Dipertanyakan

Kompas.com - 28/12/2015, 12:02 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Puluhan mahasiwa dan pemuda yang tergabung Aliansi Masyarakat Menggugat Wali Kota Bengkulu terlibat adu pukul dengan keamanan DPRD setempat, Senin (28/12/2015).

Aksi pukul terjadi saat perwakilan aliansi mendatangi DPRD Kota Bengkulu. Massa meminta Ketua DPRD Erna Sari Dewi menghadiri dengar pendapat. Namun, ketua DPRD tak berada di tempat.

Massa merangsek masuk ruangan ketua dan diadang oleh pihak keamanan DPRD. Ketua dewan tidak ada di ruangan.

Ketegangan terjadi hingga adu pukul tak dapat dihindari. Satu perwakilan masyarakat terluka di bagian lengan. Baku pukul dapat diredam saat beberapa anggota dewan ikut mendamaikan.

"Kami hanya minta ketua dewan ikut dalam rapat dengar pendapat namun aparat keamanan dewan bersikap arogan," kata perwakilan aliansi Sony Taurus.

Kedatangan massa itu bermula dari aliansi mempertanyakan izin sakit selama dua bulan yang diambil Wali Kota Bengkulu, Helmi Hasan. Aliansi meragukan izin berobat wali kota tersebut. Apalagi berobat hingga ke India.

Perwakilan pemuda dan mahasiswa di Kota Bengkulu tersebut mempertanyakan kebenaran jika Helmi Hasan ke India untuk kepentingan berobat.

Sebelumnya Wali Kota Helmi Hasan mengajukan izin berobat ke India kepada Mendagri selama 45 hari sejak tanggal 22 Oktober 2015 hingga 5 Desember 2015. Permohonan itu disetujui oleh Mendagri melalui surat nomor 99/45/8/Otda.

Selanjutnya, Helmi Hasan mengajukan izin perpanjangan dari tanggal 4 Desember 2015 hingga 22 Januari 2016. Izin ini juga disetujui oleh Mendagri melalui surat nomor 009/7004/Otda.

Persoalan muncul saat para mahasiswa meragukan alasan wali kota berobat ke India karena sakit.

“Kami meminta dewan untuk memverifikasi kebenaran alasan sakit itu, apakah benar surat tersebut. Lalu jika sakit, sakit apa?” Kata Feri Vandalis, salah seorang perwakilan aksi saat dengar pendapat dengan dewan.

Menurut mahasiswa, waktu dua bulan untuk berobat terlalu lama apalagi di surat permohonan izin tidak disebutkan apa sakit yang diderita oleh wali kota.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

Megapolitan
Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Megapolitan
Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Megapolitan
BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com