Deretan tempat usaha dengan papan nama beraksara Arab terlihat di daerah itu, tepatnya di samping Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi milik Mahkamah Konstitusi, sekitar 2 kilometer di atas pertigaan Taman Safari Indonesia.
Sepanjang kiri dan kanan jalan Warung Kaleng saat ini sesak oleh salon, restoran, toko wewangian, swalayan, tempat penukaran uang, agen wisata, griya pijat, dan butik bernuansa Timur Tengah, termasuk sentra perdagangan bernama Bafaqih Business Center.
Sebagian bangunan hanya bertuliskan aksara Arab tanpa keterangan dalam bahasa Indonesia.
Nuansa Timur Tengah makin kental karena sebagian masjid di kawasan ini menggunakan bahasa Arab dalam khotbah shalat Jumat, seperti di Masjid Al Qona’ah, Warung Kaleng, Jumat siang itu.
Namun, menurut Sanjaya (47), warga setempat, bahasa Arab dalam khotbah Jumat telah digunakan sejak masjid itu berdiri pada 1962 atau jauh sebelum wisatawan Timur Tengah ramai berkunjung.
Masifnya warga Timur Tengah berkunjung ke Puncak saat ini tak hanya terpusat di Warung Kaleng, tetapi sudah bergeser ke Cianjur, terutama di kawasan Kota Bunga, Pacet.
Di Jalan Raya Hanjawar menuju kompleks vila Kota Bunga, misalnya, dalam lima tahun terakhir bermunculan bangunan usaha ”rasa” Timur Tengah.
Salah satunya gedung tiga lantai Zahra Al Jazeerah, restoran Timur Tengah terbesar di kawasan Puncak Cianjur, yang sudah beroperasi meski pembangunannya belum selesai.
Mendi Marsel, Manajer Restoran Zahra Al Jazeerah, menuturkan, rumah makan itu didirikan untuk menangkap konsumen asal Timur Tengah yang makin banyak berkunjung ke Puncak, terutama di sekitar Kota Bunga.
Alhasil, meski baru berdiri tujuh bulan, restoran tiga lantai ini telah ramai. Dalam sehari, restoran ini bisa dikunjungi 200 wisatawan Timur Tengah sehingga membutuhkan rata-rata 20 kambing muda untuk berbagai menu masakan khas favorit.
Sebagian besar wisatawan Timur Tengah di Cianjur ini menyewa vila di Kota Bunga. Andri (28), warga yang menjadi perantara penyewaan vila, mengatakan, wisatawan Arab umumnya menyewa vila 2-10 hari.
Harga sewa berkisar Rp 800.000-Rp 1,5 juta per malam. Biasanya mereka diantar pemandu sekaligus sopir untuk mencari vila.
Dua sisi
Ketua Kompepar Puncak Teguh Maulana mengungkapkan, di Warung Kaleng atau Cisarua ada setidaknya 15 restoran, 11 biro wisata, 9 tempat penukaran uang, dan 2 kelompok hadamah atau juru masak menu Timur Tengah.
Pengelola salah satu tempat penukaran uang menyebutkan, penukaran uang ke rupiah bisa tembus nilai Rp 500 juta per hari.