Kali ini gangguan KRL terjadi akibat ada masalah di sistem persinyalan pada perlintasan antara Depok hingga Pasar Minggu.
Gangguan sistem persinyalan yang terjadi kemarin bukan yang pertama kalinya. Masalah serupa sudah sangat sering terjadi.
Banyak penyebab yang melatarbelakangi terjadinya masalah ini. Yang pertama adalah menyangkut usia KRL. Sistem persinyalan KRL commuter line sendiri diketahui sudah berusia tua.
PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) selaku operator KRL commuter line pernah menyebut persinyalan KRL commuter line seharusnya sudah diganti dengan yang baru. Namun, pergantian sistem persinyalan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
"Alat sinyalnya sudah tua, geledek sedikit langsung mati. Jadi memang perlu pergantian. Cuma, butuh pendanaan besar. Jadi, kita akan melakukannya secara pelan-pelan," kata Direktur Utama PT KCJ yang saat itu masih dijabat oleh Tri Handoyo pada sekitar 2014.
Selain usia, gangguan sistem persinyalan juga bisa berasal dari faktor eksternal. Pada layanan KRL commuter line, gangguan sistem persinyalan terkadang bermula dari perilaku warga-warga yang tinggal di sekitar rel.
Kompas.com mencatat beberapa gangguan sistem persinyalan yang diakibatkan perilaku warga yang tinggal di sekitar rel. Yang pertama adalah pembakaran sampah hingga mengenai kabel sinyal.
Kondisi ini pernah terjadi pada sekitar Juni 2015. Saat itu, kabel sinyal antara Stasiun Jayakarta dan Jakarta Kota sempat terputus.
Setelah diselidiki, penyebab putusnya kabel akibat adanya aktivitas pembakaran di sekitar permukiman warga di ujung jalan layang antara stasiun Jakarta Kota-Jayakarta.
Akibat masalah ini, perjalanan KRL commuter line Manggarai-Kota mengalami gangguan. Rangkaian KRL yang mengarah ke Jakarta Kota tidak ada yang bisa melanjutkan perjalanannya.
Setelah itu, KAI langsung mengimbau agar warga yang tinggal di sekitar rel tidak melakukan aktivitas yang dapat merusak fasilitas.
"Apalagi sampai melakukan pembakaran sampah yang mengakibatkan terganggunya sistem persinyalan," kata Kepala Humas Daops I PT KAI Bambang S Prayitno.
Selain akibat pembakaran sampah, gangguan sistem persinyalan yang diakibatkan perilaku warga di sekitar rel adalah adanya celana jins yang menggantung di kabel sinyal di Stasiun Citayam dan Stasiun Bojong Gede pada sekitar Agustus 2015.
Akibat kejadian itu, perjalanan KRL commuter line dari Depok menuju Bogor ataupun sebaliknya sempat mengalami gangguan selama hampir satu jam. Kondisi kembali normal saat celana jins yang menggantung dapat disingkirkan dari atas kabel.
"Persinyalan sudah seharusnya steril dari apa pun. Jangankan yang kain seperti ini, waktu itu ada layang-layang nyangkut aja udah bikin persinyalan jadi terganggu," kata Asisten Manajer Komunikasi PT KCJ Adli Hakim Nasution.
Berebut jalur
Selain masalah pada sistem persinyalan, gangguan lain yang sering terjadi pada perjalanan KRL commuter line adalah masih bercampurnya jalur KRL dengan jalur kereta jarak jauh, baik kereta penumpang maupun kereta barang.
KCJ sempat mengeluhkan situasi ini. Mereka menilai tidak seharusnya pengoperasian kereta perkotaan seperti KRL bercampur dengan jalur yang digunakan kereta jarak jauh.
Sebab, pengoperasian kereta perkotaan membutuhkan pengaturan yangberbeda dari kereta jarak jauh. Selain itu, jarak tempuh kereta perkotaan lebih singkat, tetapi membutuhkan kereta yang harus melintas sesering mungkin.
"Di seluruh dunia, track kereta komuter itu untuk dirinya sendiri. Kenapa? Itu karena waktunya yang sangat pendek. Jadi, pengaturannya sangat rinci. Tidak boleh terganggu dengan kereta lain. Jadi, ada ketepatan. Tapi yang seperti itu sulit dicapai apabila track masih dipakai bersama (kereta jarak jauh)," ujar Tri Handoyo.
Saat ini, pemerintah sedang membangun jalur dwi ganda (double double track) dari Cikarang-Manggarai. Dengan adanya jalur ini, diharapkan nantinya kereta-kereta jarak jauh, baik yang hendak keluar maupun masuk ke Jakarta tidak lagi menggunakan jalur yang sama dengan KRL commuter line.
Dengan demikian, diharapkan perjalanan KRL commuter line bisa lebih tepat waktu dan tidak mengalami banyak gangguan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.