Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mesin ATM Nasional" di Kalijodo

Kompas.com - 12/02/2016, 05:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, bukan hanya terkait dengan prostitusi, tetapi juga perjudian.

Krishna Murti, mantan Kapolsek Penjaringan, menceritakan bagaimana kawasan ini menjadi "Mesin ATM Nasional" sejumlah pihak dalam bukunya "Geger Kalijodo".

Krishna Murti menjadi Kapolsek Penjaringan pada 2001-2004. Dalam bukunya itu, dituliskan, "Perjudian di Kalijodo sering dianggap perjudian "kelas teri", padahal sebenarnya omset judi di sini cukup besar. Beberapa informasi menyebutkan bahwa perputaran uang dari meja judi dalam setiap harinya mencapai 500 juta rupiah (kala itu).

Disebutkan, kala itu (sekitar 14 tahun lalu), uang Rp 100.000 di lapak judi Kalijodo tidak ada artinya. Orang sekali main bisa pasang Rp 10 juta-an.

Para bandar judi dan para pemainnya kebanyakan tidak berasal dari kelompok masyarakat pribumi. Namun, warga sekitar menyediakan lapak untuk disewakan, bahkan juga jasa pengamanan sampai mengantar bandar dan para pemenang taruhan ke tempat tujuan.

Para bandar dan pemenang, tulis Krishna, seperti dimanjakan dengan pelayanan para pemilik lapak.

"Untuk mengamankan usaha perjudian ini, para pemilik lapak bersikap “baik” kepada aparat. Karena itulah saya menyebut kawasan judi ini dengan istilah “ATM nasional," tulis Krishna.

Menurut Krihsna, para pengelola judi tak segan-segan memberikan sedikit keuntungannya kepada oknum polisi, tentara, maupun aparat pemda. Ibaratnya, semua lapisan ikut menikmati “uang panas tersebut.

"Namun kebijakan saya selaku Kapolsek Metro Penjaringan, melarang keras anggota polsek mengambil “jatah mel” dari tempat judi Kalijodo."

"Garis kebijakan ini saya keluarkan setelah kerusuhan pertama yang saya tangani. Atau kurang lebih, sekitar satu bulan setelah saya menjabat Kapolsek," tulisnya.

Krishna menceritakan, memang ada anggotanya yang sering datang ke Kalijodo, awal-awal dia menjabat sebagai Kapolsek. Namun, mereka tidak datang ke lokasi perjudian, tapi hanya mampir di mulut Gang Kambing.

Gang ini terletak di antara Jalan Raya Angke, Jalan Bidara Raya, yang menjadi pintu masuk ke lokasi-lokasi judi. Jadi di dalam lokasi perjudian sendiri tidak pernah ada polisi.

"Setelah mengamati, saya memiliki kesimpulan bahwa anggota Sabhara yang punya tugas pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli, sering mengalami kekurangan uang dinas untuk patroli."

Krishna menulis, di mulut Gang Kambing itulah, anak buahnya sering mendapat jatah. Uang itulah yang mereka gunakan untuk menambah biaya patroli atau uang tambahan kopi dan rokok.

Aparat yang datang ke Gang Kambing, tulis Krishna, tidak hanya dari polsek. Dulu ada oknum dari polda, tramtib, Pom TNI, koramil. Mereka mampir di mulut gang. Kala itu, satu mobil dan motor mendapat bagian Rp 5.000.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Megapolitan
Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
417 Bus Transjakarta Akan 'Dihapuskan', DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

417 Bus Transjakarta Akan "Dihapuskan", DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

Megapolitan
Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Megapolitan
Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Megapolitan
Fakta-fakta Donasi Palsu Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pelaku Mengaku Paman Korban dan Raup Rp 11 Juta

Fakta-fakta Donasi Palsu Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pelaku Mengaku Paman Korban dan Raup Rp 11 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com