Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Daeng Azis dalam "Geger Kalijodo" Karya Krishna Murti

Kompas.com - 16/02/2016, 11:51 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Abdul Azis alias Daeng Azis diketahui merupakan salah satu pemilik rumah perjudian di Kalijodo. Ia disebut memiliki banyak pengikut.

Hal itulah yang diungkapkan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti dalam bukunya, Geger Kalijodo.

Dalam buku yang merupakan hasil penelitiannya selama menjabat sebagai Kapolsek Metro Penjaringan itu, Krishna tidak menyebut langsung nama Azis. Namun, ia menyebut Azis sebagai Bedul.

Bedul adalah orang yang pernah menodongkan senjata api ke Krishna. Belakangan, Azis sendiri-lah yang mengakui bahwa Bedul itu adalah dirinya.

"Bedul (bukan nama sebenarnya) adalah bos pemilik rumah perjudian yang punya banyak pengikut," tulis Krishna pada halaman 38.

Masih pada halaman yang sama, Krishna menyebut Bedul sebagai pimpinan kelompok Makassar sekaligus kakak dari Udin (juga bukan nama sebenarnya), korban pembunuhan oleh salah seorang dari kelompok Mandar yang disebutnya bernama Jalal.

Pembunuhan diawali dari cekcok keduanya akibat senggolan sepeda motor di Jalan Kepanduan pada malam hari tanggal 22 Januari 2012.

Pembunuhan itulah yang membuat Bedul naik pitam. Ia dan pengikutnya kemudian mendatangi lokasi kejadian dan mendapati salah seorang anggota kelompok Mandar yang diketahui bernama Amrul.

"Bedul pun langsung merangsek. Dipukulnya Amrul dengan gagang pistol. Dua pukulan lain menghantam pipi dan membuat bibir Amrul terluka," tutur Krishna masih pada halaman yang sama.

Menurut Krishna, Amrul sempat berupaya ingin melarikan diri. Tindakannya ini membuat Bedul sempat melepaskan tembakan dua kali ke arahnya.

"Namun, Amrul lolos dan selamat dari maut," ucap Krishna.

Azis ikut serta saat puluhan warga Kalijodo menyampaikan pengaduan ke Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Gedung DPRD DKI terkait rencana penggusuran yang hendak dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI terhadap permukiman mereka pada Senin (15/2/2015).

Ia terlihat tampil mentereng. Datang mengenakan batik lengan panjang dengan setelan celana coklat, Azis tampak mengenakan sejumlah perhiasan emas, berupa cincin, kalung, maupun gelang. Perhiasan tersebut tampak terlihat jelas melekat di tubuh lelaki tersebut.

Azis juga terlihat datang mengendarai mobil sedan Mercedes Benz. Mobilnya berwarna abu-abu dengan pelat nomor kendaraan B 471 SSH.

Pada kesempatan itu, Azis sempat membantah berbagai anggapan yang menyebutkannya sebagai pimpinan preman di Kalijodo.

"Tidak ada preman di sana. Preman itu kan asal katanya free man, manusia bebas. Kalau di sana, orang-orangnya pada punya KTP," kata dia.

Informasi ini didapat dari buku "Geger Kalijodo" kisah polisi dan mediasi konflik karya Krishna Murti. Saat ini, Krishna menjadi Dirkrimum Polda Metro Jaya dengan pangkat kombes polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com