Dari 15 ABG itu, tidak semuanya mangkal di warung Toruk setiap hari. Mereka biasa beroperasi mulai pagi hingga malam.
"Tidak 24 jam. Kalau yang masih sekolah, sepulang sekolah dari pukul 15.00 sampai magrib. Kalau yang tidak sekolah, dari pagi sampai pukul 22.00," ujar Sri.
Menurut Sri, pelanggan ABG yang menjadi korban Torik ini berasal dari berbagai kalangan. Ada yang pengangguran dan juga pekerja kantoran.
Torik mematok tarif Rp 300.000 sampai Rp 400.000 untuk sekali ABG melayani pelanggan. Dia juga menyediakan kondom untuk para ABG-nya tersebut. (Baca: Mucikari di Jagakarsa Patok Tarif Rp 400 Ribu untuk Satu ABG).
Usai melayani tamu, ABG itu berbagi hasil dengan Torik. Biasanya, tarif dibagi dua, 50 persen untuk Torik, dan 50 persen untuk ABG.
Namun, Torik kadang mengambil hasil lebih untuk biaya operasional lain. Sampai akhirnya, bisnis mesum Torik ini terungkap.
Polisi mengerebek warung kopi milik Torik yang jadi kedok bisnis prostitusinya itu.
Dari penggerebekan tersebut, polisi mengamankan barang bukti berupa memory card 4GB yang berisi foto korban dan tersangka, dua buah kondom, uang tunai Rp 700.000.
Polisi menahan TS dan menjerat pelaku dengan pasal 76i Juncto Pasal 88 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, tentang Perlindungan Anak.
Ancamannya 10 tahun penjara dan denda Rp 200 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.